Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

River Maya

4 Februari 2019   19:30 Diperbarui: 4 Februari 2019   19:40 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Alexi Zaitsev - artRussia

Bonnie dan Clyde berlarian riang disela-sela jemarinya ketika tiba-tiba gadis yang duduk bersimpuh diatas sebongkah batu besar itu menyadari bahwa sinar mentari yang menemaninya kini mulai meredup.   Maya mengembuskan nafasnya berat, genap empat hari ini orang yang ditunggunya tak jua menampakkan batang hidungnya sedikit pun.  Kini baginya, "Janji" hanyalah sebentuk kata yang sama sekali  tak ada artinya.  

"Bonnie, Clyde, Hercules, Iolaus, Himura, Sagara, dan kamu Sidney, kita jumpa lagi besok.  Baik-baik disini.  Hei, maafkan Reino ya, mungkin ia tengah sibuk sehingga tak bisa mengunjungi kalian." Maya berkata lirih lalu beranjak.

***

Arga mengumpat sesaat setelah ia terjatuh dari motornya.  Lirikan mata seorang  gadis yang selama ini menyita perhatiannya  ternyata dapat melahirkan kecompang-campingan pikiran.  Ia baru saja dibanting oleh motor kesayangannya yang lagaknya bekerjasama dengan lubang menganga.  Jalanan becek telah melahapnya dengan sukacita.  Kini sebagian tubuhnya berhias lumpur. 

***

Maya mempercepat langkahnya ketika matanya menangkap sosok Reino yang berjalan tergesa.  Dalam hati ia bertanya-tanya, tidak seperti biasanya Reino mengunjunginya di waktu istirahat seperti sekarang ini.  Dan pertanyaannya seketika terjawab sudah ketika ia melihat Reino melambaikan tangannya ke arah seorang gadis.  Pemuda itu ternyata datang bukan untuknya namun untuk Aisya, gadis yang kerap mewarnai kisah-kisah curahan hatinya selama ini.

***

Arga menyusuri jalan setapak dengan berhati-hati menuju sungai kecil yang dulu kerap ia sambangi untuk sekedar merenung, membasuh dirinya dari hiruk pikuk dunia dan tentu saja untuk merengkuh inspirasi.   Ia berharap air sungai yang belum tercemari itu sedikitnya dapat membersihkan noda lumpur yang menempel di sebagian tubuhnya.  Semenjak ia ditendang dari bandnya sendiri karena terlalu banyak bereksperimen dengan musik-musik diluar genre yang disepakati, Arga tidak pernah lagi mendatangi sungai itu. Ia memilih untuk meninggalkan sungai yang telah memberi apa yang ia butuhkan selama ini, walaupun terkadang ada rasa rindu untuk menikmati semua hal yang dulu pernah ia lalui.

***

Melarikan diri dari dunia ini adalah hal yang kini Maya lakukan.  Ia baru saja mendapati bahwa Reino, sahabatnya tak ingin lagi melakukan apapun bersamanya.

"Aku telah menemukan duniaku, kini giliranmu untuk menemukan duniamu sendiri." Kalimat yang tadi  Reino katakan masih saja memenuhi rongga kepala gadis itu.

Reino telah berubah.  Perkataan dan sikapnya  telah menghujam batin Maya. Terbuang, begitu yang Maya rasakan saat ini.  Kini baginya, 'Sahabat' hanyalah sebuah kata yang tak ada artinya sama sekali.

Reino telah memutuskan untuk tidak menjadi sahabatnya lagi. Semua rasa aman yang ia  rasakan selama ini tiba-tiba menguap begitu saja.

***

Arga merebahkan dirinya disebongkah batu besar nan lebar, matanya terpejam sementara itu pelantang suara di telinganya mengeluarkan nada-nada favoritnya.  Senja belum datang, ia masih memiliki beberapa jam untuk menikmati manisnya suasana alam sore itu.  Suasana yang sudah lama ia lewatkan.   Kaki yang ia benamkan ke dalam air berkecipakan sementara tangannya memberi efek ombak di dalam sebuah bendungan kecil yang terbuat dari bebatuan di sampingnya.  Kedamaian mengalir di dalam setiap pembuluh darahnya.

***

Diantara perasaannya yang campur aduk tak menentu karena Reino, Maya mendapati ada tangan seseorang yang telah semena-mena  mengkacaukan dunia teman-teman kecilnya.  Dengan cepat Maya mengangkat tangan itu yang membuat sang empunya terlonjak kaget dan mendudukan dirinya dengan tergesa. 

Arga tertegun menatap gadis yang kini duduk bersimpuh di dekatnya.  Matanya tak berkedip.

"Bonnie, Clyde, Hercules, Iolaus, Himura, Sagara, Sidney, kalian baik-baik saja?"  Maya terisak, Arga terpana.

"Apa yang kamu lakukan disini?"  Maya melirik kejam, lirikan favorit Arga.

"A...aku..."  Arga tergagap.

"Mereka bisa saja mati karena ulah kamu."  Maya berkata dengan suara yang bergetar, menahan semua rasa pahit yang menggempurnya disana-sini.

"Maaf... Aku tidak tahu kalau itu adalah ..."

Alih alih mengindahkan perkataan Arga, Maya kembali bersuara.  "Bonnie dan Clyde,  partners in crime, selalu bersama sampai ajal memisahkan."

"Sedangkan Iolaus selalu ada disamping Hercules.  Iolaus tidak pernah meninggalkan Hercules walau harus ikut berdarah-darah ketika mengalahkan mahluk sembilan kepala bernama Hydra."

Arga menatap diam-diam gadis yang kini dari kedua matanya turun bulir-bulir bening seindah kristal.  Ia  bertanya-tanya, "Apakah butiran kristal itu berjatuhan karena ikan-ikan kecilnya telah ia ganggu ?"   Ah, hatinya begitu lembut, selembut wajah rembulannya.

Maya menghapus air matanya dengan lengan sweater-nya, isaknya masih terdengar satu-satu.

"Mmmh... maafkan aku, aku tidak tahu kalau kolam kecil itu adalah rumah Kenshin Himura dan sobat-sobat terkenalnya."  Arga berkata pelan.  "Kalau saja aku tahu lebih awal, aku pasti akan meminta mereka manandatangani gitarku."  Arga tersenyum sambil menunjuk  gitarnya yang tergolek aman didalam sarungnya.

Maya melirik Arga sekilas, lalu memainkan tali sepatu kets-nya.  Isaknya telah pergi bersama semilirnya angin sore.  Otot-otot wajahnya terlihat telah mengendur.

"Mungkin aku mengidap rabun senja sehingga tidak melihat Zanbatau sebesar gaban milik Sanosuke Sagara." Arga terkekeh.  "Mereka baik-baik saja kan, Maya, kamu baik-baik saja kan, eh ... maksudku... kamu ..."   Arga salah tingkah.

"Kamu tahu namaku?"

"Mereka tidak apa-apa kan?" Arga kembali bertanya dengan cepat, ia tidak ingin membuat Maya bertanya kembali darimana ia tahu namanya.

"Kamu lihat sendiri, mereka baik-baik saja, tidak menafikan satu sama lain, walau tangan kamu telah mengobok-ngobok dunia mereka. Tapi tidak dengan manusia, seseorang dapat meninggalkan sahabatnya begitu saja ketika ada orang baru datang dan lebih memilih membentuk dunia baru dengannya."  Kini Maya mulai dapat menguasai emosinya.  

"Ditinggalkan dan meninggalkan, itu hanya soal kata.  Pada akhirnya semuanya akan baik-baik saja.  Lihatlah Sidney Poitier itu..."

"Poitier?" Maya menaikkan alisnya sebelah.

"Sheldon?"  Arga menyeringai.

"Bristow." Maya tersenyum.

"Ah yaa, Sidney Bristow, agen ganda itu, toh dia baik-baik saja kan walau tidak memiliki pasangan di kolam kecil itu.  Begitu pun kita, aku, kamu dan semua orang yang telah dinafikan oleh orang-orang terdekat."

Maya menumpukan dagunya diantara dua kakinya sambil menatap satu ekor ikan yang berenang kian kemari dengan lincah.  Benar apa yang dikatakan pemuda itu, dia akan baik-baik saja seperti Sidney disana.  Sementara itu Arga meraih gitarnya dan mulai memainkan intro yang sangat familiar di telinga Maya.

Nobody knows

Just why we're here

Could it be fate or random circumstance

At the right place, at the right time

Two roads intertwine

Maya sadar bahwa semua pedih ada penangkalnya, semua perih ada penawarnya.

Close your eyes

Dry your tears

'Cause when nothing seems clear

You'll be safe here

From the sheer weight

Of your doubts and fears

Weary heart

You'll be safe here

Arga melirik Maya, ia tahu bahwa hari ini semesta mendukungnya dengan sepenuh hati, dan ia berterima kasih untuk itu.

When the light disappears

And when this world's insincere

You'll be safe here

When nobody hears you scream

I'll scream with you

You'll be safe here

Arga menyudahi lagu tersebut dengan petikan gitar yang terdengar mellow.

"River..." Arga menunjuk sungai kecil didepan mereka.

"Maya..." Maya menunjuk wajahnya sendiri.

Arga dan Maya tertawa diantara sinar temaram senja. 

***

Catatan :

Rivermaya adalah band alternative rock asal Filipina yang mulai menapaki karirdi awal tahun 90-an.   You'll be Safe Here, yang penggalan lagunya tercantum diatas adalah salah satu nomor yang terdapat di mini album mereka yang rilis tahun 2005 silam.  Lagu ini pernah dijadikan lagu tema program televisi ABS-CBN bertajuk "Spirits".  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun