"Maaf... Aku tidak tahu kalau itu adalah ..."
Alih alih mengindahkan perkataan Arga, Maya kembali bersuara. Â "Bonnie dan Clyde, Â partners in crime, selalu bersama sampai ajal memisahkan."
"Sedangkan Iolaus selalu ada disamping Hercules. Â Iolaus tidak pernah meninggalkan Hercules walau harus ikut berdarah-darah ketika mengalahkan mahluk sembilan kepala bernama Hydra."
Arga menatap diam-diam gadis yang kini dari kedua matanya turun bulir-bulir bening seindah kristal.  Ia  bertanya-tanya, "Apakah butiran kristal itu berjatuhan karena ikan-ikan kecilnya telah ia ganggu ?"  Ah, hatinya begitu lembut, selembut wajah rembulannya.
Maya menghapus air matanya dengan lengan sweater-nya, isaknya masih terdengar satu-satu.
"Mmmh... maafkan aku, aku tidak tahu kalau kolam kecil itu adalah rumah Kenshin Himura dan sobat-sobat terkenalnya."  Arga berkata pelan.  "Kalau saja aku tahu lebih awal, aku pasti akan meminta mereka manandatangani gitarku."  Arga tersenyum sambil menunjuk  gitarnya yang tergolek aman didalam sarungnya.
Maya melirik Arga sekilas, lalu memainkan tali sepatu kets-nya. Â Isaknya telah pergi bersama semilirnya angin sore. Â Otot-otot wajahnya terlihat telah mengendur.
"Mungkin aku mengidap rabun senja sehingga tidak melihat Zanbatau sebesar gaban milik Sanosuke Sagara." Arga terkekeh. Â "Mereka baik-baik saja kan, Maya, kamu baik-baik saja kan, eh ... maksudku... kamu ..." Â Arga salah tingkah.
"Kamu tahu namaku?"
"Mereka tidak apa-apa kan?" Arga kembali bertanya dengan cepat, ia tidak ingin membuat Maya bertanya kembali darimana ia tahu namanya.
"Kamu lihat sendiri, mereka baik-baik saja, tidak menafikan satu sama lain, walau tangan kamu telah mengobok-ngobok dunia mereka. Tapi tidak dengan manusia, seseorang dapat meninggalkan sahabatnya begitu saja ketika ada orang baru datang dan lebih memilih membentuk dunia baru dengannya." Â Kini Maya mulai dapat menguasai emosinya. Â