Suasana restoran bergaya tradisional itu tidak terlalu ramai, Fitri melangkah kan kakinya dengan berat. Ia tertunduk seakan tak ingin menatap kenyataan bahwa ia akan bertemu dengan seorang lelaki asing di dalam sana.
"Ah, malang nian nasibku." gumamnya.
Keluarga itu rupanya telah menunggu. Fitri menatap dua sosok orang tua yang ramah dan bersahaja. Senyum selalu mengembang di bibir mereka. Namun tak ada sosok lain yang terlihat disana. Â Fitri mulai bertanya-tanya dalam hatinya, namun tak memakan waktu lama jawaban atas pertanyaan itu muncul seketika.
"Selamat malam semua. Maaf terlambat, tadi ada teman lama menyapa." Sebuah suara terdengar dari balik punggung Fitri. Alih alih menoleh Fitri malah tetap mematung tak sanggup untuk melihat.
"Nak Fitri, kenalkan dulu, itu putra ibu dan bapak." Kata Bu Siti ramah.
Dengan berat Fitri membalikan badannya. Seakan di totok raga, Fitri hanya bisa berdiri kaku ditempatnya ketika melihat wajah itu.
"Hai, namaku Luka, Lukanea Padika." Lelaki itu mengulurkan tangannya kepada Fitri lalu berbisik di telinganya.
"Aku Luka yang berjanji tak akan pernah membuatmu terluka."
***
Karya ini diikutsertakan dalam event #HUT3RTC #JayalahRumpies beberapa waktu lalu.
Nama-nama tokoh dalam kisah ini diambil dari nama para admin RTC yang selalu menginspirasi dan seorang kompasianer yang karya-karyanya cetar badai.