"Kak Fit, aku rela kok menunggu." Tiba-tiba Wahyu menyela pembicaraan ibu dan putri sulungnya itu.
"Enggak, Yu, jangan menunggu sesuatu yang tak pasti. Aku sudah mengalami banyak peristiwa pahit dan aku ingin membebaskan hatiku dari hal-hal itu."
Wahyu tersenyum. "Gak papa kak, aku akan menunggu sampai kakak menemukannya."
Fitri menatap nanar wajah lembut adiknya, lalu ganti menatap ibunya.
"Baiklah Bu, aku bersedia."
Tiba-tiba wajah ibunya terlihat semringah.
"Kalau begitu, cepat dandan sana, ibu gak mau Pak Ikhwanul dan Bu Siti menunggu."
Fitri mengangguk lemah. Dalam pikirannya berkecamuk pikiran-pikiran buruk tentang wacana perjodohan  yang membuat raut wajahnya bagai digayuti mendung yang tak jua menjadi hujan.
"Satu hal Nak, Ayah dan Ibu gak memaksa kamu kok, setidaknya berkenalan lah dulu. Tak ada salahnya kan mengenal dan menambah satu orang teman dalam hidup kamu?"
Fitri mengangguk pasrah.
***