"Papi ngusir aku."
"Hah?"
"Hush gak usah melotot gitu." Nara tertawa.
"Aku gak boleh menginjakkan kakiku di rumah sebelum aku benar-benar bersih. Aku merasa di buang oleh papi. Aku lari ke rumah Om Babad."
"Om Babad dan Tante Seruni adalah dua orang yang sangat mengerti aku. Mereka tidak pernah menghakimi aku, Â mereka merengkuhku ke dalam pelukan hangat mereka, aku merasa aman disana."
"Lalu, kakak di rehabilitasi? masuk pesantren?"
"Karena aku belum terlalu parah, aku bisa meninggalkan hal itu dengan kesadaranku sendiri, tanpa obat-obatan penawar dari dokter. Â Dan jangan pernah meremehkan kekuatan cinta Rein, dengan cinta semua hal yang gak mungkin bisa menjadi mungkin."
"Maksudnya?"dahi Rein berkerut.
"Aku merasa di cintai oleh Om dan Tante ku, Â mereka selalu menanyakan kabarku setiap hari dan mau mendengarkan ceritaku. Â Mereka selalu mendorongku, membiarkan aku mengerjakan apa yang aku suka asalkan positif. Â Bahkan aku merasa mereka lah orangtuaku sebenarnya."
"Akhirnya aku kembali ke jalan yang benar, happy ending kan?" Nara tergelak.
"Ternyata kakak mempunyai cerita yang lebih meriah dari ceritaku, dan aku salut kakak bisa melewatinya dengan baik, bahkan menceritakannya kembali dengan penuh tawa."