Malam menjelang ketika Nara dan Rein sampai di tempat tujuan.  Beberapa warung jagung bakar yang berdiri di sepanjang Jalan Raya Lembang telah menanti mereka.  Dari tempat itu meraka dapat menikmati  lampu-lampu yang berkerlip indah di cekungan kota Bandung.
"Oh jadi ini tempat misteriusnya?" Rein manggut-manggut.
"Gak semisterius Alfred Hitchcock atau mungkin semengerikan Stephen King kan?" Nara tergelak.
"Ya mungkin sedikit merinding ala R. L Stine, bukan karena takut melainkan dingin. Aku belum pernah nongkrong di sini, ke Lembang biasanya sama anak-anak minum susu, makan roti bakar di Sumur." Â Rein merapatkan jaketnya.
"Oh tempat yang tadi kita lewatin itu ya?"
"Iya, kakak pernah kesini?"
"Beberapa kali, dulu pas tahun tahun pertamaku di sini dengan teman-teman kosan. Terakhir ke sini tahun lalu kalau gak salah, dengan Shia."
Rein menganggukkan kepalanya. Nara dan Shia memang sahabat karib, tapi sepertinya hubungan mereka merenggang semenjak ia dan Shia jadian dulu.
"Bandung malam hari bagus banget dilihat dari sini." kata Rein, wajahnya dipenuhi oleh ekspresi kekaguman.
"Aku suka suasana  gini." lanjutnya riang.
Nara mengeluarkan walkman Sony dari dalam tas sling Eiger-nya.