Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kegelapan adalah Teman Kejahatan yang Sempurna

8 Februari 2018   15:22 Diperbarui: 8 Februari 2018   21:41 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pak Doktorandus rencananya ingin naik pitam lagi, tapi ia cepat mengurungkan niatnya, gawat bila itu terjadi, bisa-bisa ia mati berdiri.

"Ya, sudah. Nih, sapu dulu pecahan kacanya." Pak Doktorandus melemparkan sapu lidi ke arah Mas tukang bakso dengan dukungan kekuatan bulan ala Sailor Moon.

***

Pagi itu Pak Doktorandus melakukan kegiatan rutinnya, mengelap motor tunggangan istrinya untuk bekerja, membersihkan mobilnya yang setiap hari nangkring di depan rumahnya, memberi makan dan membersihkan kandang love bird-nya yang kemarin kabur satu entah kemana serta menyapu halaman rumahnya yang dikotori dedaunan kering dari pohon satu-satunya.

Tiba-tiba matanya bersiborok dengan neon box bertulis alamat yang menempel di tiang lampu miliknya. Pak Doktorandus terpana, baru kemarin bohlamnya pecah dan belum ia ganti, kini giliran neon box-nya yang miring. Bagai tersengat lebah, ia muntab lalu mulai mencari. Matanya berkilat marah ketika melihat sebuah kendaraan yang terparkir manis di sebelah rumah tetangganya yang sering nyinyir itu. Neon box itu pasti tertabrak kendaraan yang memaksa lewat padahal jalan itu tidak cukup besar untuk dilewati dua kendaraan sekaligus, begitu pikirnya.

***

Pak Doktorandus mendengus, sudah seharian kendaraan milik tamu tetangganya itu bercokol disana. Bahaya, neon box-nya pasti akan menjadi bulan-bulanan bila ada kendaraan yang lewat. Dengan predikat sesepuh RT penuh tanda jasa, ia pun lalu memerintahkan seorang perangkat RT untuk meminta tamu tetangganya itu memindahkan kendaraannya. Tunggu punya tunggu, ternyata permintaannya tidak digubris oleh pemilik kendaraan karena jalan itu cukup lebar untuk menampung dua kendaraan sekaligus dan itu telah terbukti dengan banyaknya kendaraan yang bersliweran selama ini.

Pak Doktorandus kembali naik darah ketika melihat kendaraan itu masih di tempatnya, dengan kecepatan mobil formula one, ia melesat ke rumah pak RW untuk melaporkan tetangganya yang telah dengan berani tak menghiraukan perintahnya.

***

Pak RW menelengkan kepalanyanya melihat tiang lampu yang bercokol di badan jalan sambil mendengarkan ocehan Pak Doktorandus yang menggebu-gebu.

"Lha ini, kenapa tiang lampunya bapak pasang di jalan?" Tanya pak RW heran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun