"Ya kebetulan lah."
"Gak ada yang namanya kebetulan di dunia ini." Didi bersungut-sungut, tangannya sibuk mengacak-acak rambutnya yang kusut.
"Lha terus, kamu maunya apa? Marah-marah gak jelas bikin telingaku panas? Â Datangi sana stasiun radionya, cari bukti kalau si Irina itu gak punya maksud nyentil-nyentil masalah kamu. Sekalian cari bukti juga kalau dia bukan cenayang." July merepet sambil mengetuk-ngetukan ballpoint-nya yang macet.
Didi merengut diantara lagu kegemarannya yang tengah diputar  sementara July mengerling sambil tersenyum kecil.
"Muda mudi tak terasa sudah dua jam berlalu dan waktunya sudah habis buat Irina menemani muda mudi semua di acara "Salam Senja".  Terimakasih bagi yang telah mendengarkan Irina  dari jam 3 sore tadi.  Sekarang waktunya Irina pamit. Tapi jangan khawatir, besok di jam dan acara yang sama Irina masih akan menemani muda mudi semua.  Oh ya, pesan terakhir dari Irina untuk yang berada di pojokan sana,  tak baik memendam rasa terlalu lama, ungkapkan sekarang juga!."
"Busyet!". Â July berseru lalu sontak menutup mulutnya, ia pun beranjak dari pojok ruangan dengan segera.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H