Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Di Penghujung Senja (36)

2 November 2017   16:04 Diperbarui: 2 November 2017   16:15 909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kamu gak usah kecewa gitu deh Rat, aku putus dengan Shia bukan karena itu."  Rein berkata dengan  datar.

Kini Ratri yang mengerutkan keningnya heran.

ilustrasi : askideas
ilustrasi : askideas
"Kami putus karena Shia mulai berani berbuat kasar kepadaku dan balikan lagi sama pacarnya. Kamu puas kan Rat? Kamu puas kan melihat aku begini.  Aku bahkan gak tahu salahku apa sama kamu sampai kamu dengan teganya, secara tidak langsung membuat hidupku jadi begini."

"Rein, kamu begitu beruntung. Kamu selalu di kelilingi oleh banyak teman yang menyukai  kamu. Sedangkan aku, aku tidaklah seberuntung kamu. Aku memberanikan diri ngomong gini sama kamu, karena aku gak tahu musti gimana lagi." Suara Ratri kini terdengar sangat memilukan.

"Maafkan aku, tapi aku tahu kamu orang yang kuat dan aku terlalu lemah untuk bersaing dengan kamu. Aku hanya berharap kamu bisa memberiku satu saja keberuntungan yang kamu miliki." Ratri mulai terisak.

Rein mengigit  bibirnya, tiba-tiba ia merasa iba melihat Ratri menangis di depannya. Ia mengeluarkan satu gulung tisue yang biasa ia gunakan untuk mengelap ingusnya yang berlebihan.

"Salah satu keberuntunganku?"  Rein mengulurkan gulungan tissue itu kepada Ratri

Ratri menganggukkan kepalanya. "Jed," jawab Ratri pendek.

"Aku gak tahu harus ngomong apa Rat.  Aku bersyukur kamu menganggapku punya keberuntungan lebih. Tapi aku gak tahu apakah salah satu keberuntungaku itu bisa membuat kamu lebih bahagia. Gapailah keberuntunganmu sendiri, karena tiap-tiap orang akan mempunyai keberuntungannya masing-masing."

Isakan Ratri kini terdengar lebih keras di telinga Rein.

"Mengenai Jed, aku gak bisa bantu kamu.  Jed adalah temanku, aku gak ada apa-apa dengan dia. Kalau kamu merasa menyukai dia, kenapa kamu gak ngomong langsung ke dia, bukannya membuat cerita aneh seperti itu." Rein mendesah.

"Tapi terimakasih sudah mau jujur kepadaku, sudah mau menceritakan semua kebenaran yang sudah aku anggap gak ada. Aku gak tahu tujuan pasti kamu menceritakan ini semua kepada ku, apakah untuk menarik simpatiku demi mendapatkan sesuatu yang kamu anggap keberuntungan itu?  hanya kamu yang tahu." Rein lelah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun