Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Bingo!

19 Oktober 2017   16:52 Diperbarui: 10 April 2020   16:15 1616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Dailymirror

Lennon tersenyum masam. "Hmm, rasa. Setahuku, Papa tak memiliki banyak rasa yang tersisa dalam hidupnya."

Gene mengerutkan keningnya, meminta penjelasan lebih.

"Mama ku, Mama mu, Oom Noel, itu buktinya." lanjut Lennon santai.

"Dia memiliki rasa untuk kita."

"Well, mungkin itu bagian kecilnya saja."

"Kakak terlalu ekstrim. Dia Papa kita, kak."

"Aku tak pernah mengingkarinya," Lennon berguling.

"Aku hanya ingin Papa menghadapi kenyataan walau sepahit apapun itu. Masanya sudah berakhir. Dia bukan lagi seorang superstar yang bisa melakukan atau memberi pernyataan gila namun tetap dipuja." lanjut pemuda berusia 17 tahun itu.

***

"Lennon." Sebuah teriakan cempreng nan menggelegar terdengar dari bawah tangga.

"Nah kan, apa aku bilang." Gene beranjak dari ranjang dan keluar kamar segera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun