Lennon tersenyum masam. "Hmm, rasa. Setahuku, Papa tak memiliki banyak rasa yang tersisa dalam hidupnya."
Gene mengerutkan keningnya, meminta penjelasan lebih.
"Mama ku, Mama mu, Oom Noel, itu buktinya." lanjut Lennon santai.
"Dia memiliki rasa untuk kita."
"Well, mungkin itu bagian kecilnya saja."
"Kakak terlalu ekstrim. Dia Papa kita, kak."
"Aku tak pernah mengingkarinya," Lennon berguling.
"Aku hanya ingin Papa menghadapi kenyataan walau sepahit apapun itu. Masanya sudah berakhir. Dia bukan lagi seorang superstar yang bisa melakukan atau memberi pernyataan gila namun tetap dipuja." lanjut pemuda berusia 17 tahun itu.
***
"Lennon." Sebuah teriakan cempreng nan menggelegar terdengar dari bawah tangga.
"Nah kan, apa aku bilang." Gene beranjak dari ranjang dan keluar kamar segera.