"Aku pergi dulu ya," bisik Rein kepada Winda.
Tapi Winda masih memegangi lengan Rein dengan erat, memaksanya untuk tinggal.
"Nah kamu sudah ketemu Shia kan Win, aku pulang dulu ya."
"Eh bareng aja, kamu kan ke sini sama aku, masa pulang sendirian."
"Gak usah, aku ada perlu, mau telpon dulu." Rein melepaskan pegangan tangan Winda dengan paksa. Â Shia terlihat sangat kikuk. Rein menatap tajam mata pucat Shia, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Rein." Shia memanggilnya dengan suara tertahan.
Rein menoleh kebelakang. Tersenyum kecil kepada Shia dan meneruskan langkahnya.
Tergesa ia menyelinap diantara tembok gedung kuliahnya dan memperhatikan Shia dan Winda yang kini terlibat percakapan yang tidak biasa. Â Rein menatap Starlet coklat yang di tumpangi oleh Winda dan Shia sampai menghilang di tikungan. Ia mencoba menenangkan hatinya dengan menatap langit yang dipenuhi cahaya jingga namun lagaknya itu semua sia-sia.
*
Rein membuka pintu kamar Umam, melemparkan tas tote blacunya lalu berdiam di pojokkan. Â Tempat Umam adalah satu satunya pilihan untuk menambatkan jangkar. Â Lea tengah mengunjungi neneknya di Lembang, sedangkan Mayang tengah menemani si Abang latihan band, dan Rein tidak mau menganggu tidur siang Redi.
Umam yang tengah asik dengan game Championship Manager-nya itu menoleh seketika sambil melancarkan pertanyaan.