"Paling malesinnya kan ditanjakan sana itu, angkot aja perlu di dorong apalagi dua cewek yang bawa dua tas plastik besar dengan isi yang lumayan banyak dan berat." lanjut Rein ringan, dia seakan sedikit lupa akan kerisauannya.
"Dari mana memangnya sampai malam gitu pulangnya?"
"Belanja, besoknya kan kita mau kunjungan ke ibu kota, jadi ya musti belanja banyak, maksa banget pokoknya." Rein mengenang masa-masa indahnya bersama Lea.
Jed menatap wajah Rein yang berjalan di sampingnya. Ia seakan tak percaya malam ini berjalan dengan gadis yang masih sering muncul di dalam mimpinya itu.Â
Mereka menyusuri jalanan yang trotoarnya masih berupa tanah, beberapa tenda tukang nasi goreng masih dipenuhi orang-orang yang kelaparan.
"Gimana kalau kita makan nasgor dulu sebelum menghadapi tanjakan di depan sana."
"Ngeper  juga kamu ya," canda Rein.
"Yaiyalah aku kan gak mau nanti harus nyeret kamu tanpa energi tersisa kayak sekarang"
"Huaah memangnya aku kantong keresek!"Â
Jed tergelak dan menarik lengan Rein memasuki salah satu tenda penjual nasi goreng di depan mereka.
Rein sejenak memikirkan Shia, setega itukah Shia meninggalkanya sendiri, semarah itukah Shia kepadanya. Â Ia melirik pemuda yang ada di sampingnya.Â