Lea memutar matanya keatas kebawah. "Kan sesuai motto, beauty is pain."
"Ogah, sakit mah sakit aja gak usah pake alesan cantik segala."
"Kalau gitu yang ini aja." Lea mengacungkan sepatu flat berwarna putih.
"Nah yang itu baru pas." Rein menghampiri Lea.
 "Tapi ini kan kawinan Rein, pesta, kayaknya cocok pakai yang tinggi deh."
"Ah ogah tinggi, bukan Rein banget."
Lea memonyongkan mulutnya.
Rein kembali duduk di depan cermin, pikirannya melayang ke kejadian kemarin sore ketika Shia memintanya untuk menemaninya pergi ke undangan pernikahan teman sejurusannya, Tantri.Â
Rein menolak habis-habisan, segunung alasan dia sampaikan, dari yang masuk akal yaitu tugas  kuliah yang menumpuk sampai yang tak masuk akal dan membuat Shia terbelalak yaitu mau pergi refresing ke kebun binatang. Â
Rein paling tidak suka bila harus pergi ke segala jenis undangan apapun, karena ia tidak pernah tahu harus memakai kostum apa.Â
Koleksi bajunya satu pun tak ada yang berversi undangan. Tapi Shia mematahkan semua alasannya dan itu lah yang membuat Rein sekarang berada di kamar Lea dengan dandanan yang sangat perempuan dan tak pernah dibayangkan sebelumnya.