Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Di Penghujung Senja (23)

18 Juli 2017   17:01 Diperbarui: 18 Juli 2017   18:04 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : blogs.anthena3

"Kurt Cobain kan dulu nya punker." Jed Menyeringai.

"Iya tapi sekarang kan sudah jadi dewanya grunge. Gak ada grunge kalo gak ada Cobain iya kan?"

"Menurut kakakku dewa nya grunge itu Neil Young karena Grunge itu akar nya sudah ada dari dulu, sejak tahun 70-an."

Rein melirik Jed, dahinya berkerut.

"Crosby, Still, Nash and Young?"  Jangkrik menunjukkan telunjuknya pada Jed.

"Yap, kalau Cobain itu penerus atau pembangkit aliran ini yang telah lama tenggelam karena hingar bingarnya glam rock sama aliran kalian itu."

"Tapi banyak anak grunge yang Nirvanaisme banget. Mereka itu kalau gak bawain lagu Nirvana kayaknya gak afdol aja, fanatisme tingkat dewa," timpal Jangkrik.

"Nah itu dia, padahal band grunge sendiri kan banyak ada Pearl Jam, Sonic Youth, Soundgarden, Alice in Chains, The Melvins, Greenriver, Mudhoney."  Jed menggaruk kepalanya.

"Mungkin berkat Nirvana lah grunge jadi naik lagi ya." Rendra memainkan stik drumnya.

"Seperti itulah kira-kira. Dan karena Kurt Cobain-nya sendiri yang telah pergi, dan membuat nama dia melegenda, di kenang terus sepanjang masa." Jed mengamini.

 "Lebih baik padam daripada pudar."  Rein berseru heroik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun