Ini sudah kali ke dua dia nembak, masih punya cadangan amunisi rupanya.
Rein membisu sambil meneruskan perjalanannya kembali.
“Ini semua gara-gara kamu kenal Si Jed itu kan? hah?”
Rein terkejut dan spontan menghentikan langkahnya, ia berdiri kaku menanti perkataan Mahendra selanjutnya.
“Aku lihat kamu jalan drngan dia. Aku tahu kalau kamu menghindari aku karena dia, iya kan?”
Rein masih mematung.
“Kamu tahu Rein, kamu sudah bikin hati ku sakit. Menolak aku karena kemunculan dia.”
Rein naik pitam. “Dengar Ma, aku gak bisa dengan kamu bukan karena apa dan siapa. Ini semua karena aku cuma ingin berteman dengan kamu. Kamu baik tapi aku gak bisa ngikutin apa yang kamu mau.“
“Kalau kamu gak bisa dengan aku, maka orang lain pun gak bakalan bisa dekat dengan kamu, dan kamu telah merasakan itu sendiri kan. Dia jauhi kamu, kan?” Mahendra tersenyum sinis.
Rein mengembuskan nafasnya panjang, ternyata ini semua berawal dari Mahendra. Ia benar-benar tidak pernah menyangka sebelumnya. Mahendra adalah kunci semua pertanyaannya.
“Jadi kamu yang ..?”