Rein menghentikan langkahnya. Beberapa bulan yang lalu jauh sebelum ia berkenalan dengan Jed, Mahendra pernah mengutarakan isi hatinya.
Mahendra adalah teman satu kelompoknya ketika ia mengikuti semacam pendidikan dan latihan kedisiplinan dan bela negara yang wajib di ikuti oleh semua mahasiswa tahun pertama.
Pelatihan yang diadaptasi secara militer berlangsung selama dua minggu di sebuah komplek ketentaraan itu meninggalkan suatu jejak yang sangat mengganggu di hatinya.
Mahendra adalah satu dari banyak teman baru beda jurusan yang ia kenal di ajang itu. Ia anak yang baik, tapi kadang membuat Rein merasa risi, karena ia selalu ada dimana pun Rein berada. Lea bahkan menjulukinya Maherazzi alih-alih Paparazzi
Lamunan Rein buyar ketika Mahendra kembali bertanya kepadanya.
“Iya, aku dengan kamu?” Raut wajah pemuda berkacamata itu terlihat berharap.
“Aku kan sudah bilang kalau kita tuh lebih baik berteman aja.”
“Gak bisa gitu dong.” Protes pemuda berkemeja rapi itu.
“Loh gak bisa gimana?”
Tanya Rein sambil terus melangkahkan kakinya.
“Kita tuh gak bisa cuma berteman aja, aku tuh suka kamu.” Mahendra berbicara dengan lantang mengusik kesunyian suasana selasar yang mereka lewati.