"Masih pening harus menjawab ya atau tidak?" Erwin mendaratkan tubuh gempalnya di sofa.
Ge tersenyum hambar.
"Cantik, berpendidikan, dari keluarga baik-baik. Sempurna," Erwin menyeringai.
"Aku kelihatan merana sekali ya, Win? Sampai Mama jauh-jauh datang kemari hanya untuk menyodorkan wacana ini?"
"Itulah orang tua, Ge, mereka khawatir anaknya tidak bahagia hidup sendiri di usia yang sekarang ini."
"Aku bahagia."
"Berarti mereka yang tidak cukup bahagia dengan kebahagiaan kamu."
*
Layar monitor di hadapannya masih berpendar. Semua pekerjaan yang tertunda karena libur cuti yang ia ambil satu minggu lalu belum selesai seluruhnya. Perutnya terasa perih. Fe menyentuh garpu plastik yang tertancap di red velvet-nya.
"Mbak Fe belum mau pulang. Sudah malam loh ini, Mbak," sebuah suara menyapanya dengan sopan.
Fe tersenyum dan menggeleng, "Malas pulang, Gus."