Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Bulan Kemerdekaan RTC] Obrolan di Kedai Kopi pada Suatu Malam

18 Agustus 2016   15:36 Diperbarui: 18 Agustus 2016   15:51 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : www.teaterdelik.blogspot.com

Bagus menikmati seruputan terakhir kopi gayonya sementara di luar sana berbagai macam kendaraan masih kusut berjejalan tak terurai. Bunyi klakson bersahutan terdengar bagai jeritan memilukan. Asap knalpot mulai frustasi memenuhi udara malam. Para supir kendaraan umum sibuk berhitung diantara rasa lelah yang mendera. Pengendara motor berusaha saling mendahului dalam ruang sempit terhimpit himpit.

"Gak pulang bang? Kopi nya sudah habis tuh."

"Pulang? Kamu ngusir aku? Kamu sendiri kenapa belum pulang, sudah off kan?"

"Ya sama dengan abang, nunggu jalanan sepi. Stres bang kalau di suruh macet macetan."

"Miris ya, dulu kita dijajah oleh bangsa lain, kini setelah menikmati kemerdekaan selama 71 tahun, kita terpenjara di jalan raya kita sendiri." Bagus menatap ke luar jendela kedai kopi itu.

"Ya begitulah bang, hari gini, urat sabarlah yang sangat di perlukan manusia manusia seperti kita ini."

"Bukan jalan raya yang lebar ya?" Bagus menyeringai.

"Ya itu juga, tapi kan abang tahu sendiri lah."

"Bila saja ada jalan layang di depan sana, mungkin tidak akan semacet ini." Bagus menunjuk jalan di luar sana dengan dagunya.

"Jalan layang seperti di film nya Bruce Willis itu ya bang, yang bisa di lewatin F35." Gading tertawa sambil memainkan tangannya di udara.

"Lha iya, jalan layang yang lebar dengan tiang tiang pancang yang kokoh,"

"Ditambah adanya pemisahan lajur kendaraan, dari kendaraan roda dua sampai yang tak terhingga." 

"Dan juga yang tak beroda bang, kayak mobil melayang di film Star Trek." Gading tersenyum.

"Hmm dasar penggila film." Bagus tertawa.

"Yang paling penting sih adanya transportasi umum yang nyaman dan aman. Sepertinya mata kita gak akan sesemrawut ini deh bila di depan sana ada monorel atau bis bis besar yang bisa mengangkut banyak orang sekaligus seperti yang sedang di buat prototipenya di China."

"Oh iya, bis yang bagian bawahnya bisa di lewati oleh kendaraan yang lebih kecil itu ya bang. Efektif dan efisien."

Bagus mengangguk. "Kan enak ya, jalanan bagus di tunjang dengan transportasi umum yang nyaman. Banyak orang pasti akan meninggalkan kendaraan pribadinya dan beralih ke transportasi umum. Selain murah juga tidak melelahkan."

"Pastinya bang. Oh iya sampai lupa aku belum sapu sapu. Ku tinggal dulu ya bang."

"Silahkan."

Bagus memperhatikan Gading yang tengah sibuk membersihkan teras luar kedai kopi itu. Sementara cangkir kopi kedua telah menghampiri mejanya.

"Ngopi lagi bang?" Gading kembali duduk di samping Bagus.

"Yah, sepertinya aku bakal lama di sini."

"Maklum malam minggu bang, jalanan lebih padat."

"Iya, sama padatnya dengan tong sampah kamu ya?" Bagus menyeringai.

"Yah, makin hari makin banyak aja yang nyampah sembarangan padahal sudah di siapkan tong sampah dimana mana."

"Kayaknya seru ya kalau ada robot pembela kebersihan, bentuknya kayak BB - 8 nya Star Wars gak apa apa deh, yang penting bisa nyubit orang yang nyampah sembarangan."

Bagus tertawa. "Cuma nyubit?"

"Ya di program untuk memberi denda juga sih bagusnya. Biar ada efek jera bagi para pembuang sampah sembarangan,"

"Menurutku sudah saatnya membuang sampah yang benar itu masuk kurikulum sekolah beriringan dengan budaya ngantri yang sekarang makin hilang di telan keegoisan." lanjut Gading menggebu.

Bagus manggut manggut sambil mencecap kopi latte nya. "Ya, kamu benar Ding. Hidup dalam keteraturan itu kan nyaman."

"Coba kamu bayangkan bila kota kita ini memiliki jalanan yang lebar, gedung gedung yang ramah lingkungan, sungai yang bersih tanpa polutan,  taman kota yang indah, hutan kota yang rimbun, tak ada sampah secuil pun yang terlihat di jalanan karena di gunakan untuk PLTS, transportasi umum yang saling terintegrasi, sekolah sekolah dengan kontruksi yang kokoh, dan pelayanan masyarakat yang baik. Pasti tingkat stres kita bakal menurun dengan drastis ya?"

"Banget bang, tapi apa bisa?"

"Ya bisa saja, asalkan ada niat baik dari pemerintah yang di dukung oleh semua warga negaranya."

"Kira kira kapan ya kita bisa seperti itu. Mempunyai kota yang nyaman untuk di tinggali dengan segala keteraturannya, tidak seperti sekarang ini?"

"Ya semoga saja itu akan terjadi ketika kemerdekaan kita telah menyentuh angka satu abad.  Berdoa dan selalu optimis saja lah Ding untuk kehidupan yang lebih baik."

Bagus beranjak dari kursinya seiring dengan tak ada lagi bunyi klakson yang menjerit dan deru kendaraan yang terhimpit. 

***

Karya ini diikutsertakan dalam rangka mengikuti Event Bulan Kemerdekaan RTC.

logo RTC
logo RTC

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun