Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Lingkaran Lima #12: Alas Kaki Bikin 'Kheki'

3 Agustus 2016   16:20 Diperbarui: 31 Agustus 2016   17:18 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : tokopedia/denishop22

Seperti yang tadi gue bilang, berkunjung ke lab komputer syaratnya adalah melepas alas kaki. Gue gembira dong, dengan di lepasnya alas kaki, otomatis gue gak bakalan ketahuan kalo gue pake alas kaki yang gak jelas golongannya itu. Karena gue masih waras, maka alas kaki itu gue umpetin diantara tumpukan sepatu temen temen gue. Gue merasa aman, tentram, adil, sentosa, gemah ripah lohjinawi.

Namun lagi lagi gue salah, ternyata pak Baban mata nya sejeli mata mata dari negara adikuasa. Kebalikan dari kuping gue yang kedap suara. Karena waktu beliau teriak teriak nanya siapa yang pake sandal,  kuping gue sama sekali gak nangkep sinyal audio yang di pancarkan oleh gelombang suara berkekuatan ultrasonik itu.

"Lu kata kita lumba lumba bisa denger bunyi ultrasonik, sedangkan lu kagak karena ngaku ngaku sejenis  manusia?." Juli protes waktu gue protes ke dia karena protesan dia gak di gubris gue waktu dia kasih tau pengumuman penting pak Baban di depan sana yang sama sekali gak gue denger.

Gue nyengir kuda. "Tapi bukan gue kan terdakwanya, tuh si abang yang kena gep. Gue gak pake sandal, Panjul. Gue make sepatu ramah lingkungan."

"Ramah lingkungan dari hongkong. Ayok temenin gue di luar." si abang yang ke gep pak Baban karena pake sendal bokap nya, ngejitak gue lalu narik lengan gue dengan paksa.

"Ogah, siapa suruh pake sandal." Gue nyinyir.

“Gue doa in lu nyusul gue secepatnya.” Abang ngeloyor pergi sambil ngejingjing sandal yang tadinya ada di tangan pak Baban.

***

Ternyata nyinyiran gue langsung di jawab sama Tuhan yang mahaadil dan maha mengetahui. Gak kayak kata Tolstoy, dalam kasus gue, ternyata Tuhan tahu tapi gak pake nunggu. Langsung tancap gas buat ngasih ganjaran setimpal buat mahluknya yang lalai yaitu gue

"Ini punya siapa?" pak Baban bicara dengan suara yang tajam, setajam paku paku beton anak sipil.

Juli nyikut gue. "Doa si abang terkabul, mampus lu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun