Orang pertama yang ditanya jawabannya cukup melegakan, katanya jarak tu penginapan dari tempat kami berdiri cuma 2 kilo lagi.Â
Udah jalan dua kilo belum ketemu juga, terus nanya lagi. Jawabannya sama aja dengan yang tadi, 2 kilo lagi.Â
Tiga, empat orang ternyata ngasih jawaban yang sama, bikin gue bertanya-tanya, apakah Pangandaran ini sebuah Maze tanpa ujung yang bisa bikin orang muter-muter kayak naik komedi puter. Ataukah orang-orang ini atau bahkan kami yang gak faham dengan satuan ukuran jarak?
Sampai saat ini gue belum tau jawaban yang pasti. Semuanya masih menjadi misteri layaknya gunung Merapi. Hihihih #ketawamaklampir.
Akhirnya gue dan temen-temen gue nyampe juga di penginapan. Bukan hotel bintang satu, dua, tiga sayang adik kakak, bukan juga losmen kayak setting sinetronnya Tante Mieke Wijaya, melainkan berupa rumah tinggal.Â
Di pangandaran memang banyak rumah penduduk yang disulap menjadi penginapan. Di samping harganya murah meriah gak pake muntah, penginapan kayak gitu lebih enak aja karena tipe penghuninya 4L, Lu Lagi Lu Lagi.
Setelah istirahat sebentar, kami langsung cabut ke pantai. Karena bukan anak pantai kayak Imanez, bawaannya jadi gak sabar. Gak sabar buat ngerasain deburan ombak yang menerjang betis-betis kami nan indah, menghirup angin laut yang berbau garam walau belum beryodium, dan duduk diam menantikan sunset di batas cakrawala nan semlohay.
Bila hati senang, waktu seakan berjalan dengan kencang. Tanpa ba bi bu, tiba-tiba malam pun menjelang. Salah satu kegiatan yang menyenangkan adalah rebutan kamar. Tapi seperti yang sudah-sudah, gue selalu berakhir dengan tidur di luar.
Tersebutlah Alam, temen gue yang satu ini adalah prototipenya Stephen King. Gimana enggak, dia suka banget bikin cerita-cerita horor yang bikin bulu kuduk keriting.Â
Parahnya lagi, kali ini dia gak sendiri. Ada Asih yang memperkuat skuad horornya. Dua orang ini kompak banget dalam bercerita, udah kayak Kak Heni sama Kak Seto aja.Â
Malam itu, duo A mulai melancarkan aksinya dengan bersenjatakan senter yang sengaja mereka bawa. Gue liat muka tegang dari sobat lingkaran lima gue. Kalo gue sih jangan ditanya lah, urusan horor-hororan gue juaranya. Juara ngumpet di bawah meja.