"Dengar ya Niel, suatu saat kamu akan mendapatkan akibatnya. Aku gak suka dengan apa yang kamu lakukan kepada ku." Rayda pergi diikuti dengan teman temannya sambil memporak poranda kan barang barang yang ada di sekitar mereka. Semua yang ada di ruangan itu hanya bisa terdiam dan menahan amarah, karena Daniel dan Bayu melarang mereka untuk melakukan apapun.
***
Jantung Megan terasa akan copot ketika sebuah suara  menyampaikan  berita yang mengejutkan melalui saluran telpon rumahnya. Tanpa pikir panjang, Ia pun berkemas dan bergegas pergi.
"Bay, gimana Daniel?" Â Megan duduk di samping Daniel yang tengah memejamkan mata dan menyandarkan punggung lelahnya di tembok rumah sakit yang dingin.
"Kritis, masih gak sadarkan diri, Meg, kita doakan saja dia lekas siuman ya."
Megan menggigit bibirnya dan mengangguk lemah. Dari sudut matanya Megan menangkap seseorang yang tengah duduk dengan kepala tertunduk lemas di lantai rumah sakit.
"Ini semua perbuatan dia kan?" Megan menunjuk Rayda. Ada kilatan marah di kedua matanya.
"Iya kan Bay, aku harus bicara dengan dia." Megan mulai tersulut emosi dan melangkahkan kakinya untuk menuju ke arah dimana Rayda duduk. Tapi Bayu menghalangi langkahnya dan menggeleng.
"Sst, enggak Meg, tenang dulu, bukan dia."
"Bukan dia? Aaah dia pasti bohongin kamu, dia datang kesini agar bebas dari tuduhan, iya kan?"
"Beneran Meg, bukan dia, tapi Baim."