Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Punk's not Dead

15 April 2016   16:14 Diperbarui: 15 April 2016   18:25 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Indian Mohican yang dulu pernah tinggal di Mohawk Valley yang sekarang dikenal dengan New York." "Semua itu ditunjukan oleh faham ini bahwa kami adalah kaum yang bebas, bisa berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain." lanjut Daniel berapi api.

"Tapi citra buruk telah melekat erat pada diri kalian.  Hidup di jalanan, tawuran, anarki, ngelem, bahkan dandanan kalian yang gak biasa itu telah banyak membuat orang merasa terintimidasi."

"Maka dari itu, kami ingin memperlihatkan kepada mereka  bahwa kami tidak seburuk apa yang mereka pikirkan. Disamping itu jaman telah berubah Meg, yang setidaknya berpengaruh terhadap cara kami berjuang." Daniel menjelaskan dengan penuh semangat.

"Kami ingin komunitas ini di kenal dalam hal hal positif bukan kenegatifan nya. Mungkin dandanan kami terlihat mengancam tapi hati kami selembut sutra kok." Daniel tertawa. Tawa yang sama seperti yang ia pamerkan di depan Megan dan Mamanya saat ini karena membaca kolom humor di majalah bersampul artis Ibu kota itu.

"Meg, pulang pulang kamu gak akan berubah kayak dia kan?" Senggol mamanya.

 "Ya ampun Mama, Megan itu sudah beberapa bulan ini ikut kegiatannya Daniel. Mama lihat aku kayak dia gak?" Wanita yang masih terlihat cantik di usianya itu menggeleng dan tersenyum.

"Mungkin belum." Mama mencubit pipi Megan lembut, yang dibalas dengan cibiran oleh gadis berusia awal 20 an itu.

***

Paviliun yang terpisah dari rumah utama milik keluarga Bayu terlihat ramai. Orang orang dengan dandanan nyaris serupa nampak sedang sibuk dengan pekerjaan mereka masing masing. Besok, Daniel dan teman temannya akan mengikuti pameran karya seni daur ulang dan fotografi yang diadakan fakultas seni rupa dan desain, dimana ia dan Bayu berkuliah.

Beberapa bulan ini, banyak wajah baru yang muncul di Komunitas ini.  Usia mereka beragam, dari yang masih duduk di bangku SMA sampai yang sedikit lebih tua. Banyak dari mereka yang berasal dari kelompok lain yang sejenis.  Biasanya mereka datang sendiri karena tertarik dengan apa yang Daniel dan Bayu buat. Ada pula Beberapa Anak yang memang "diselamatkan" oleh mereka berdua. Anak anak putus sekolah yang tadinya hanya ikut ikutan tanpa mengetahui faham yang mereka anut. Daniel dan Bayu menarik anak anak ini ke dalam pelukan mereka. "Mengobati" mereka dengan sentuhan kekeluargaan yang tidak mereka dapatkan dari kelompoknya bahkan dari keluarga riil nya.

Megan tengah membantu Bayu memasang beberapa lembar foto hasil jepretan Daniel, ketika ada sebuah suara dengan intonasi tinggi bergema digendang telinganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun