Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Lingkaran Lima #8: Wajib Militer

11 April 2016   17:04 Diperbarui: 20 Mei 2016   14:47 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lamunan gue buyar waktu ngeliat Anti hampir aja terjengkang dari kursi. Gue heran sama si Anti, lagi makan aja sempet sempetnya pasang kuda kuda. Mungkin dia berhasrat buat naikin level ban taekwondo nya. Gue geleng kepala. Tapi selidik punya selidik, ternyata si Anti tadi hampir keselek irisan daging bak sendal jepit. Untung aja, ada Ratna anggota Unit Reaksi Cepat bagian penanggulangan bencana daerah tertinggal, yang duduk di sampingnya. Anti pun selamat dari serangan senjata pemusnah nafsu makan.

 ***

"Hiiy." Tiba tiba Lia yang duduk di samping gue, ngedorong piringnya jauh jauh. Pake bahasa senggolan dan lirikan mata, gue tanya dia.

Lia nunjuk sesuatu di piringnya.

Bergaya ala Sherlock Holmes tanpa suryakanta, gue tarik piring Lia lalu mulai menelitinya.Tapi gue gak nemuin apa apa. Akhirnya Lia jengkel juga, dia nunjuk sesuatu dengan sendok nya. Hampir aja mata gue jadi belo seterusnya, karena liat sesuatu yang bikin suapan terakhir gue susah masuk tenggorokan.

Di piring Lia, ada ulet pingsan yang sedang berpelukan dengan potongan labu Siam. Demi menjaga situasi tetap kondusif, gue berlagak tenang. James Bond versi Pierce Brosnan aja kalah dalam hal ketenangannya dengan gue.

Gue sisihin ulet itu di pinggiran piring, Lia geleng kepala gak mau makan. Gue pindahin ulet itu ke piring gue, Lia masih gak mau makan. Dia ini lagaknya udah kayak orang putus cinta aja.

Sementara itu pak komandan udah menggebrak meja, sebentar lagi pasti ada intro lagunya Europe yang judulnya The Final Countdown, terereret tererereret. Wah gawat keburu telat. Dengan bahasa isyarat yang hanya di pahami oleh anggota lingkaran lima yang baru aja di inisiasi. Akhirnya demi kemanusiaan dan terjaganya jalinan rasa persaudaraan ala phi beta kappa, gama, sigma dan teta, kami pun sepakat menjaga rahasia. Rahasia yang sangat top pangkat tiga secret banget, jangankan Pak Komandan, Pentagon aja yang punya drone di mana mana gak bakalan tau rahasia ini. Keamanan tingkat tinggi, dengan segel cap jempol kaki.

Pak Komandan yang berkumis ala Mas Adam mulai berteriak lantang. Dia mulai menghitung mundur, suasananya bagaikan di Tanjung Canaveral waktu NASA mau meluncurkan pesawat ulang alik Challenger nya. Gue jadi ikutan deg deg an sambil tetep dadah dadah ke astronot nya. #eh.

 ***

Pagi itu gak ada yang di hukum sama Mas Adam, eh Pak Komandan. Semua piring kami licin selicin baju yang baru di setrika dan di semprot pewangi pakaian. Di tempat cuci piring yang gayanya minimalis alias cuma ada keran doang, kami berlima membentuk sebuah lingkaran. Dengan kalimat yang saling menguatkan, kami keluarkan semua isi saku dengan secepat cepatnya. Menu makan pagi Lia telah berhasil di selamatkan. Kami gak peduli dengan saku baju, saku celana, kaos kaki, tempat minum bahkan topi kami yang dijadikan tempat bersemayam nasi dan lauknya. Karena semua bisa di cuci pada waktunya. Yang terpenting adalah salah satu dari kami gak ada yang kena hukuman. Kami pun tersenyum penuh kemenangan. Freddie Mercury bernyanyi riang. Brian May mencabik gitar listriknya dengan garang. We are The Champion bergema di tanah Pangalengan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun