Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Lingkaran Lima #8: Wajib Militer

11 April 2016   17:04 Diperbarui: 20 Mei 2016   14:47 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

***

"Whaaat?" Gue teriak tanpa suara sambil melotot ke arah Susan waktu pak komandan nyuruh kami semua buat push up dan skot jump sebelum makan.

Seumur umur, yang gue tau, appetizer itu berupa sekelumit hidangan sebagai perangsang nafsu makan, bukan olah body kayak gini. Gue lagi lagi merasa terdzolimi. Sambil push up gue komat kamit, untung aja gak di akhiri dengan sembar sembur ala mbah dukun versi Alam adiknya Vety Vera yang orang Tasikmalaya.

Waktu jalan ke barak makan, gue bisik bisik  di kuping Susan, yang isinya omelan panjang pendek tentang penderitaan tadi. Susan sih gak ngomong apa apa, dia cuma ngangkat dua tangannya, berlagak kayak atlet binaraga yang sedang mamerin otot bisepnya. Gue manyun dua meter.

"Lu kira, gue mau jadi Ade Rai apa?  hiih ogaah."

Susan ketawa gak pake suara.

***

Setiap orang membutuhkan energi untuk beraktivitas yang diperoleh dari makanan. Begitu juga gue dan teman teman.

Gue, Susan, Ratna, Anti sama Lia akhirnya ada di antrian buat ngambil jatah makanan. Antrian yang panjang, sepanjang jalan Anyer Panarukan. Gue heran sama empat temen gue itu, kayaknya mereka enjoy enjoy aja di sini. Ratna malah sempat sempatnya pake minyak wangi. Sedangkan gue? Gue udah kayak Betharia Sonata yang mendendangkan lagu hati yang luka.

Makan kali pertama ini sungguh menyiksa lahir dan bathin. Gimana enggak, tu piring plastik harus bersih dari makanan dalam waktu 3 menit aja. Apa yang di bilang Gus dur "Gitu aja kok repot" gak berlaku buat gue saat itu, karena gue bener bener repot banget. Gimana enggak, sekarang di atas piring gue ada nasi yang keras banget, sekeras batu karang di lautan, irisan daging dengan kealotan setara dengan sandal, dan sayur yang rasanya susah di definisikan. Karena tak ada kata kata dalam bahasa Indonesia yang bisa menerangkannya walau di kamus pak JS Badudu sekalipun. Tapi gimana lagi, gue harus bisa nelen itu semua. Untung aja gue ngambil makanannya gak membabi buta. Jadi gue gak harus jungkir balik kayak Sarimin buat ngabisinnya. Walau agak seret, tapi gak papa. Ada air teh hangat yang bisa mendorong semua makanan ke haribaannya.

Dalam hati, gue bertanya tanya, siapa gerangan koki yang memasak semua makanan yang seabreg abreg ini. Sambil ngunyah pikiran gue melayang ke seorang koki yang berdada bidang dan bertubuh kekar. Koki pribadi nya kapten Adams di kapal perang USS Misourri. Anggota Navy Seals yang gape beladiri Jujitsu, judo, kendo dan aikido. Wah, kalo aja kokinya seheboh Steven Seagel di Under Siege sih, kayaknya rasa makanan nya gak seaneh ini deh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun