“Woi, maling.” Bumi berteriak.
Bagai di komando, sosok itu berlari secepat kilat tanpa mengindahkan teriakan Bumi. Spontan Bumi lari mengikutinya, tapi back pack nya yang berat membatasi ruang geraknya. Tiba tiba Bumi melihat sosok itu jatuh terjungkal, ada seseorang yang telah melumpuhkannya dengan tiba tiba. Bumi menghampiri kedua sosok itu. Sang maling terlihat tak berdaya, tangannya di kunci oleh seseorang yang mendudukinya. Bumi mengerjapkan matanya tak percaya.
“Itu CPU kamu?”
Bumi mengangguk cepat.
“Ini malingnya mau di apain?”
Bumi menggeleng bingung. Sementara sang maling kini menangais tersedu sedu dan meminta ampun berkali kali.
“Lepasin aja ya? Toh CPU kamu gak jadi dia ambil,”
Bumi mengangguk lagi.
“Makasih ya, kalo gak ada kamu, mungkin CPU ku udah raib entah kemana.” Bumi membersihkan CPU nya dari sisa sisa lumpur menempel disana ketika CPU itu mendarat manis di tanah yang becek.
“Ah, hanya kebetulan aja kok. Kebetulan lewat, kebetulan liat orang yang mencurigakan, kebetulan denger teriakan kamu.”
Bumi tersenyum.
“Liburan masih dua hari lagi, kok kamu udah ada di sini?” Bumi basa basi.
“Aku setiap hari di sini kok.”“Loh gak pulang?”
Gadis itu menggeleng.
“Terus kamu dari mana malem malem gini baru pulang?”
“Tiap hari aku pulang jam segini kok.”
Ingatan bumi langsung melayang ke hari hari sebelumnya. Ya, gadis itu selalu pulang malam.
“Aku kerja part time di kedai kopi.”
Bumi menghentikan kegiatan membersihkan CPU nya diantara keremangan lampu teras kamarnya. Ia menatap wajah gadis yang duduk di sampingnya itu.
“Kenapa?” Gadis itu balik menatap Bumi.
“Eh gak pa pa. Eh kita belum kenalan, aku Bumi,” Bumi mengulurkan tangannya yang di sambut dengan uluran tangan gadis itu.
“Aku Kinan.”
“Poster Metallica nya mana? Kok adanya The Beatles semua?” Kinan berdiri di ambang pintu sementara Bumi sedang mengutak atik gagang pintunya yang jebol.”
“Metallica?”
“Aha, Tony bilang kamu itu semacam fans nya Metallica.”
“Tony?”
“Iya, kenapa? Kok kayak bingung gitu?”
Bumi nyengir dengan terpaksa.
“Makanya aku suka puter lagu kesukaan ku keras keras, karena aku pikir kamu pasti gak akan terganggu. Kesukaan kita kan hampir sama.”
Busyet Tony.
“Jadi, lagu Metallica favorit kamu apa?”
“Ehmm, semuanya.” Bumi menjawab asal.
“Keren.” Kinan tersenyum sambil mengerutkan dahinya. “Papiku dulu suka banget sama The Beatles, aku masih menyimpan semua kaset kasetnya. Kadang kalo aku kangen sama papi, aku dengerin lagu kesukaannya, Across the Universe.”
Bumi terperanjat. “Papi kamu kerja di luar kota, luar pulau, luar negeri?”
Kinan menggeleng. “ Papi ku udah ada di surga.”
“Oh maaf.”
“Gapapa, semua orang pasti akan kembali ke sana.”
Malam itu adalah malam dimana Bumi mengetahui banyak hal tentang gadis yang bernama Kinan itu. Kinan tidak seperti yang ia duga sebelumnya. Ia tidak seaneh yang Bumi kira. Kinan adalah sosok gadis mandiri yang bisa melakukan apa saja termasuk memperbaiki gagang pintu kamar Bumi yang baru saja di jebol oleh maling. Bumi merasa kecil di hadapannya. Semua prasangka buruknya tentang Kinan, ia hapus dengan segera.