Mohon tunggu...
Ika Maya Susanti
Ika Maya Susanti Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas dan pemilik blog https://www.blogimsusanti.com

Lulusan Pendidikan Ekonomi. Pernah menjadi reporter, dosen, dan guru untuk tingkat PAUD, SD, dan SMA. Saat ini menekuni dunia kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Membuat Karya Fiksi jadi Lebih Berbobot

20 Februari 2022   15:28 Diperbarui: 20 Februari 2022   15:31 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pixabay

Itu tadi sepuluh hal menurut A S Laksana yang bisa membuat sebuah karya fiksi jadi lebih berbobot. Selain itu, Windy Ariestanty juga menambahkan tiga poin tambahan.

  1. Point of view atau sudut pandang yang digunakan. 

Ingat, semua orang punya point of view yang beda. Jadi kalau semua karaktermu sama, itu tidak seru. 

  1. Perhatikan cara berbicara tokoh

Pilihan kalimatnya, intonasinya. Tidak mungkin semua karakter bicara dengan nada yang sama. Pernah nggak kamu baca novel yang semua karakternya mirip, mulai dari cara berpikir, begitu juga dengan cara berbicaranya? Seorang tokoh yang pemalu, tentunya memiliki cara berbicara yang berbeda dengan anak yang pemberani. Setiap orang punya gaya bicara.

  1. Logika bercerita

Bahkan dalam fiksi sekalipun logika bercerita harus dijaga. Dalam fiksi bukan berarti semua semua hal dimaklumi dan menjadi boleh dengan alasan 'namanya juga fiksi' Imajinasi yang 'bohong' sekalipun membutuhkan fakta dan realitas untuk kondisinya agar bisa disebut bohong. Begitulah sebuah fiksi bermain. Fakta akurat yang didapat dari riset membuat realitas imajinatif yang disuguhkan pengarang dalam karya fiksinya tidak kehilangan logika. Cerita pun menjadi meyakinkan. Jika tidak, maka cerita akan cacat. Pembaca yang kritis akan sangat terganggu dengan cacat ini.

Tiga poin tambahan dari Windy Ariestanty barusan sebetulnya menurut saya jabaran yang lebih detail dari beberapa poin di sepuluh versi A S Laksana. 

Misalnya untuk point of view dan cara berbicara tokoh, ini akan menjadi bagus dalam sebuah karya fiksi jika dasar saat membuat karakter cerita sudah benar-benar matang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun