Mohon tunggu...
Ika Maya Susanti
Ika Maya Susanti Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas dan pemilik blog https://www.blogimsusanti.com

Lulusan Pendidikan Ekonomi. Pernah menjadi reporter, dosen, dan guru untuk tingkat PAUD, SD, dan SMA. Saat ini menekuni dunia kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menjemput Dermawan

18 Februari 2022   07:50 Diperbarui: 18 Februari 2022   07:53 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bu, besok kl bisa sdh dimulai lho ya cari dananya." Itu pesan lewat WhatsApp yang sudah terbaca oleh Heni beberapa menit yang lalu.

"Jadi, ke mana saja Bu, tempat yang besok akan kita datangi?"

"Besok, tempat yang kita datangi ada sembilan puluh tempat. Banyak tho?" Bu Sofi terkekeh senang.

Heni terkejut dan geleng-geleng kepala. Dari mana saja Bu Sofi bisa mendapatkan nama orang-orang yang akan mereka datangi untuk dimintai dana? Untuk urusan pencarian sasaran calon dermawan, Heni memang memasrahkan semua hal itu kepada Bu Sofi.

"Walah, kok bisa banyak gitu, Bu? Apa nanti bisa semuanya kita datangi? Cuma tiga hari saja lho Bu, waktu kita," benak Heni langsung khawatir demi membayangkan dengan singkat apa yang harus ia lakukan tiga hari ke depan. Menaiki motor, mengunjungi banyak orang untuk dimintai dana, dan belum lagi menghadapi teriknya matahari sekaligus kondisi tubuh yang sedang berpuasa ramadan.

"Insya Allah bisa! Ya kita coba dulu, Bu. Biar kita bisa dapat dana banyak. Kan kalau bisa dapat banyak, kita juga bisa dapat lumayan tho, cipratannya?" ujar Bu Sofi sambil menunjukkan daftar nama calon dermawan yang akan mereka mintai sumbangan.

Heni meraih daftar yang disodorkan oleh Bu Sofi. Benar, jumlahnya memang 90 orang! Ada beberapa nama yang ia tahu telah menjadi langganan mereka karena kerap memberikan sumbangan untuk TK tempat mereka mengajar. Namun, beberapa nama terasa asing di mata Heni.

"Lho Bu, toko-toko jualan hp ini kok ya juga dimintai sumbangan, tho?" Heni terheran-heran melihat beberapa daftar nama calon dermawan yang menurutnya terasa asing jika harus juga mereka mintai sumbangan.

"Nggak apa-apa. Ya itu tadi, kita coba dulu saya deh."

**

"Kok bisa gitu? Kamu itu kan ngelamar di sana jadi guru. Kenapa harus minta-minta sumbangan juga? Wah... nggak benar itu! Nanti lah aku coba ngobrol sama suamiku. Kok ada guru TK tapi kerjanya bisa seperti itu!" Desi memprotes setelah sekilas mendengar cerita dari sepupunya. Ia pun berniat mengadukan masalah sepupunya itu kepada suaminya yang bekerja di unit pelayanan terpadu di dinas pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun