ANAK YANG BERBAKTI KEPADA ORANG TUA
Naik-naik ke puncak gunung
Tinggi-tinggi sekali
Kiri kanan ku lihat saja
Banyak pohon cemara....
Kiri kanan ku lihat saja banyak pohon cemara
Â
Halo, teman-teman. Ada yang tahu judul lagu di atas?
Menyanyikan lagu itu sambil membayangkan sedang berada di tempat yang sangat sejuk dan udaranya segar. Kali ini kita akan berjalan-jalan sambil bercerita di desa yang masih asri. Tinggal lah di desa itu seorang bapak bersama istri dan 2 anaknya yang masih sekolah.Â
Bapak ini bernama Pak Darma, kesehariannya bekerja mengayuh becak. Mengantarkan penumpang, mengantarkan barang bawaan belanja orang-orang di pasar dan masih banyak lagi muatan yang bisa dibawa oleh becak bapak Darma. Anak-anaknya masih sekolah dasar.Â
Sang istri bekerja menjahit baju di rumah. Guna memenuhi kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah anak-anak maka Pak Darma harus bekerja lebih keras. Pekerjaan utamanya saat ini adalah mengayuh becak miliknya.
"Bapak, hari ini ibu belum bisa menabung. Uang hasil menjahit habis untuk belanja kebutuhan makan."
Bu Minah, istri dari Pak Darma. Beliau adalah istri dan ibu yang sangat sabar serta penyayang. Berharap bisa mendapat uang tambahan untuk membantu sang suami. Pekerjaan menjahit ditekuni oleh Bu Minah.Â
Setiap ada orang yang membutuhkan jasa menjahit baju, beliau mengerjakan dengan penuh hati dan selesai tepat waktu. Sehingga banyak pelanggan yang sering balik lagi menjahitkan baju ke Bu Minah.
"Tidak apa-apa bu. Menabung semampunya kita. Nanti uang hasil narik becak akan bapak sisihkan untuk mengisi tabungan. Sementara ini yang penting kita cukup untuk makan." (Jawab Pak Darma menenangkan Bu Minah)
Pagi itu bapak berangkat lebih awal. Becak yang sudah di bersihkan tampak mengkilap. Dikayuhnya dengan hati bahagia. Berharap hari ini akan banyak penumpang. Pak Darma menuju pasar di dekat kota.Â
Kalau masih pagi seperti ini orang-orang ramai belanja di pasar. Di sana sudah banyak penarik becak lainnya yang sudah berbaris rapi bersama becak-becaknya.
"becak..becak..becak..becak..."
Ramai suara orang menawarkan becaknya masing-masing. Pak Darma berjalan ke dekat pintu pasar sambil menunggu pelanggan yang mau menggunakan jasa becak Pak Darma.
"Bu becak bu...silahkan. Bisa saya bantu belanjaannya. Mari bu..becak..becak.."
Pak Darma terus menawarkan jasanya. Banyak pengayuh becak lainnya yang menawarkan. Meskipun berada di satu tempat yang sama para pengayuh becak itu tidak ada yang merasa iri apabila ada kawannya mendapat pelanggan terlebih dahulu.Â
Mereka saling berbagi pelanggan apabila ada kawan yang belum mendapat tumpangan becak hari ini. Contohnya adalah Pak Darma. Hari itu becak beliau ramai pelanggan. Sewaktu di pasar ada ibu-ibu yang minta tolong untuk membawa dan mengantarkan belanjaan menuju rumahnya.Â
Ketika perjalanan pulang dari mengantarkan ibu itu ada lagi anak-anak sekolah menggunakan jasa becak Pak Darma, ditambah lagi penumpang-penumpang lainnya. Saat kembali ke pangkalan becak dan bertemu kawan kerjanya, kemudian ada pelanggan lagi yang ingin menggunakan jasa Pak Darma.Â
Melihat ada satu becak yang dari pagi belum mendapat pelanggan Pak Darma pun menyuruh si pelanggan untuk menggunakan becak kawannya itu.
"Mohon maaf mas. Becak untuk ke arah tujuan itu bisa bareng kawan saya." (Sambil menunjuk becak kawannya)
"Alhamdulilah. Akhirnya becak saya jalan juga. Terimakasih Darma. Aku berangkat narik dulu." (Sahut kawan kerja Pak Darma)
"Hari ini tarikan becak cukup ramai. Alhamdulilah bisa menabung untuk kebutuhan keluarga. Semoga besok bisa ramai seperti ini lagi."
Pak Darma berkata lirih sambil menghitung penghasilan yang didapat hari ini. Seperti yang sering dilakukan beliau, setiap kali pulang narik becak pergilah ke rumah orang tuanya yang tinggal seorang diri di desa dekat rumah Pak Darma.
Tinggalah seorang kakek tua di rumah sederhana, yang setiap harinya merawat tumbuhan singkong samping rumahnya. Beliau adalah orang tua Pak Darma yang masih hidup bernama Eyang Budi.Â
Pak Darma sekeluarga biasa memanggil Eyang. Beliau lebih memilih hidup sendirian di rumah miliknya karena sangat banyak kenangan indah bagi beliau.
Setiap kali pulang kerja, Eyang selalu dibawakan makanan oleh Pak Darma. Hubungan mereka sangat baik meskipun tidak tinggal satu rumah. Jika dulu Eyang yang selalu merawat Pak Darma mulai kecil hingga dewasa, maka saat ini kondisi usia yang sudah sangat tua dan tidak memungkinkan untuk bekerja, Pak Darma sudah berkewajiban menjaga orangtuanya.Â
Pak Darma tidak boleh membiarkan orangtuanya sampai kelaparan. Setiap akhir pekan, cucu-cucu Eyang selalu diajaknya berkunjung ke rumah. Di rumah Eyang tidak pernah sepi, meskipun bukan cucunya yang datang setiap hari, tetapi ada anaknya yang tidak pernah lupa untuk membesuk orangtuanya setiap hari. Begitulah bakti Pak Darma kepada sang ayah yang sudah tua.
      ..............................................................................................
"Assalamu'alaikum buk..." (Pak Darma sudah berada di depan rumahnya)
"Walaikumsalam bapak. Tunggu sebentar ya!" (Ibu yang sedang berada di dapur segera menuju depan membukakan pintu rumah)
Suasana keluarga di rumah Pak Darma tampak begitu menenangkan. Meskipun bukan dari keluarga yang kaya, tetapi kehidupan sehari-harinya terlihat bahagia karena dipenuhi rasa syukur.
      "Bu, tadi bapak mampir ke rumah Eyang."
     Â
      "Oh iya Pak, besok Minggu kita bersama anak-anak ke rumah Eyang ya. Ibu hari ini membuat roti yang beliau sukai."
Ibu adalah menantu yang baik hati. Keterampilannya di dapur membuahkan hasil yang bagus. Banyak orang yang memesan kue dari ibu. Tidak jarang setiap kali pergi ke rumah Eyang selalu ada kue khas buatan ibu yang disiapkan khusus.
Keesokan harinya mereka bersama-sama pergi ke rumah Eyang. Naik becak yang dimilikinya, Pak Darma mengayuh dengan hati bahagia. Di depan anak ibu dan dua anak laki-lakinya yang masih SD. Sesampainya di sana disambut oleh Eyang di depan rumah. Adi dan Bayu segera turun dari becak.
      "Assalamu'alaikum Eyang......" (Semua berjabat tangan dengan Eyang)
     Â
      "Alhamdulilah Eyang bisa bertemu lagi dengan cucu-cucuku."
      "Eyang nanti kita ambil singkong ya. Terus dibakar." (Ucap Adi)
     Â
      "Oke cucunya Eyang. (Sambil mengacungkan jempol). Singkong kita sudah banyak yang siap dipanen."
Rumah Eyang yang dikeliling pohon singkong di samping rumah dan banyak pepohonan besar di sekitarnya. Membuat suasana sejuk dan banyak suara hewan-hewan kecil. Mereka semua tampak bahagia dengan kesederhanaan dan kerukunan dari keluarga ini.Â
Pak Darma tampak menyiapkan api untuk membakar singkong. Adi, Bayu dan Eyang mengambil singkong dari tanah. Ibu menyiapkan minuman untuk mereka. Terdengar obrolan lucu dan tawa bahagia yang mereka ciptakan hari itu.
Sudah sore, Pak Darma dan keluarga pamitan untuk pulang ke rumah. Besok hari Senin, sehingga anak-anak perlu persiapan untuk sekolah besok. Begitu juga dengan Pak Darma harus menyiapkan diri untuk bekerja kembali mengayuh becak.
Beberapa hari ini rezeki Pak Darma narik becak ramai pelanggan. Penghasilan beliau meningkat. Mereka sangat bahagia karena bisa menabung lebih, namun sesuatu terjadi ketika Pak Darma mengayuh becaknya untuk mengantarkan barang dagangan milik pelanggan.Â
Saat melaju di jalanan yang penuh bebatuan tiba-tiba becak Pak Darma mengalami kerusakan. Pedal becak untuk mengayuh supaya bisa dijalankan ternyata lepas dan rantainya putus.Â
Ini terjadi karena usia becak Pak Darma sudah sangat tua. Padahal saat itu barang yang harus diantarkan oleh Pak Darma cukup banyak dan tempatnya masih ada sekitar 5 km. Â Â Â Â Â Â
"Pak tolong bantu saya." (Pak Darma meminta tolong kepada orang yang lewat di jalan saat itu).
"Mas/mbak, saya minta tolong."
Hari itu matahari sedang bersinar terang. Belum ada orang yang mau menolong Pak Darma. Akhirnya beliau sekuat tenaga mendorong becak miliknya yang berisikan barang dagangan menuju rumah pelanggan. Jarak yang cukup jauh membuat barang yang harus. Pak Darma terus mendorong becaknya.Â
Demi keluarga dan tanggung jawabnya untuk mengantarkan pesananan pelanggan, Pak Darma tidak mempedulikan panas yang membuat keringat beliau bercucuran deras.
Sesampainya di tempat pelanggan hari sudah mendekati sore. Pemilik rumah segera keluar menyambut Pak Darma. Melihat becaknya yang didorong dan wajah Pak Darma yang sangat lelah, pelanggan yang baik hati itupun membuatkan minum dan menyilahkan Pak Darma beristirahat sambil menikmati makanan yang disuguhkan.
"Mohon maaf bu. Hari ini becak saya mengalami kerusakan. Saya sampai di rumah ibu hari sudah mau sore." (Pak Darma menyampaikan kepada si pelanggan)
Buah dari kebaikan Pak Darma dan baktinya kepada keluarga serta orang tua, sore itu rezeki besar didapatkan Pak Darma. Becaknya yang rusak diganti oleh pelanggan becak Pak Darma. Kebetulan di rumah itu si pemilik dulunya adalah penarik becak juga. Berkat ketekunan dan kesabaran dalam menjalani kehidupan pemilik rumah memiliki usaha sendiri.Â
Mereka membuka toko sembako cukup besar di rumahnya. Sebagai rasa terimakasih kepada Pak Darma karena sudah bertanggung jawab mengantarkan dagangan, beliapun mengganti becak Pak Darma yang rusak dengan becak pemilik pelanggan itu.
Kali ini Pak Darma tidak perlu lelah mengayuh lagi, karena becak yang diberi oleh pelanggannya adalah becak sepeda motor. Wujudnya tetap seperti becak, namun pada bagian belakang tempat pengemudi di pasang mesin sepeda motor. Sehingga tinggal menyalakan dan mengemudikan layaknya sepeda motor.
Begitulah perjalanan hidup Pak Darma dan keluarganya. Meskipun bukan dari keluarga kaya, namun beliau tetap mensyukuri kehidupan. Beliau begitu menyayangi keluarga dan tetap berbakti kepada orangtuanya yang masih hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H