Mohon tunggu...
ijul35
ijul35 Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Indonesia - Malaysia: Memandang Indonesia dari Seberang

3 September 2010   05:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:29 882
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Media dan Kontrol Pemerintah

 

 

Sekilas mengenai media di Malaysia, dalam sebuah harian di mana ada rubrik tentang selebriti yang sempat terbaca oleh saya di suatu hari, saya hanya menemukan berita-berita buruk tentang Indonesia di sana, yakni tentang artis Andi Soraya yang membaling (melempar) gelas pada kawannya dan kemudian disaman (digugat dan atau dituntut) dan dilaporkan ke Polisi. Satu lagi tentang Qory (saya lupa nama belakangnya, namun dalam berita tersebut pun namanya salah ditulis) yang sangat teruk (buruk) bahasa Inggrisnya dalam kontes Miss Universe. Saya juga pernah membaca tulisan kolom seseorang di harian Malaysia lainnya, yang memuji kualitas wartawan Malaysia dan mengatakan bahwa selebriti Malaysia lebih beruntung dari segi tersebut, dibandingkan dengan selebriti Indonesia yang selalu dikejar-kejar oleh wartawan infotainment yang tidak sopan. Bahkan ia mengutip langsung komentar tersebut dari selebriti Indonesia, di antaranya Rosa, yang menurutnya juga memberinya informasi yang bersifat sangat pribadi, semata karena si selebriti merasa aman menceritakan hal tersebut dengan dirinya yang kolumnis dari Malaysia yang tak akan mungkin mengumbarnya dalam media. Dari sumber lain yang saya dengar, seringnya memang hanya berita-berita buruk tentang artis, pemerintah atau pun kejadian di Indonesia (dan juga termasuk negara lain di sekitarnya) yang dilaporkan media. Ini membuat kesan di masyarakat bahwa Malaysia memang yang paling hebat dan lebih dari bangsa-bangsa atau negara lain di region ini.

 

 

 

 

Kesan buruk tentang Indonesia bukan hanya itu. Bahwa para pekerja dari Indonesia seringnya membuat ulah atau pun melakukan tindak jenayah (kriminallitas) di Malaysia pun kerap terjadi. Contohnya, banyak orang yang mengambil maid (pembantu rumah tangga) asal Indonesia merasa kecewa dengan kualitas kerja sang maid, apalagi mereka sudah membayar mahal untuk itu. Namun untuk mengembalikannya ke agen juga bukan hal mudah. Hal yang sama mungkin kerap juga terjadi di Indonesia. Namun karena kita dan pekerja kita tersebut sama-sama orang Indonesia dan secara budaya, bahasa serta lokasi juga tidak terlalu menjadi kendala, cenderung lebih mudah bagi kita di Indonesia untuk mengembalikan pembantu yang kurang cakap bekerja kepada agennya atau memulangkan ke kampungnya. Dikabarkan banyak juga tindakan seperti pencurian dan perampokan yang dilakukan orang Indonesia. Inilah salah satu sebab mengapa orang Malaysia cenderung menganggap rendah orang Indonesia di sana, karena yang mereka jumpai sehari-harinya adalah orang Indonesia yang kualitasnya kurang begitu tinggi di mata mereka. Dan itu jumlahnya sangat banyak, bahkan jutaan! Mereka jarang bertemu dengan orang Indonesia yang berpendidikan tinggi, atau ekspatriat, atau yang memiliki posisi tinggi. Bukan berarti semua jenayah di Malaysia dilakukan orang Indonesia, tapi dikarenakan pekerja dari Indonesia jumlahnya ada jutaan di Malaysia, maka secara persentase, otomatis jika pun ada jenayah yang dilakukan oleh orang Indonesia, jumlahnya akan terlihat signifikan. Terlebih apabila media gencar memberitakannya.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun