c. Observasi
Dalam metode observasi, penulis melakukan pengamatan secara langsung dengan mengikuti kajian Majelis Maiyah, di Desa Taman Tirto. Â
d. Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu metode pengumpulan data dalam penelitian untuk memperoleh data-data yang bentuknya catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, dokumen, peraturan, agenda, dan lain sebagainya (Suharsimi, 1993: 33) Dalam hal ini, penulis memperoleh data-data dalam bentuk catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, atau audiovisual yang berasal dari internet/Youtube yang berkaitan dengan dokumentasi Majelis Maiyah.
C. HASIL PENELITIAN
Dengan melakukan beberapa metode penelitian seperti wawancara, kuesioner, dokumentasi, dan observasi, penulis mendapatkan beberapa informasi yang didapatkan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Sejarah Maiyah
Ma'iyah (dalam bahasa arab yang berarti bersama) merupakan sebuah kegiatan keilmuwan atau biasa dikenal dengan ngaji intelektual dengan mengangkat tema kajian Islam dan kemanusiaan. Tak hanya itu, Majelis Maiyahan juga mengkaji beerbagai disiplin ilmu lainnya. Majelis ini sendiri dipelopori oleh Mbah Nun atau yang biasa dikenal dengan panggilan Cak Nun atau Emha Ainun Nadjib.
Awalnya majelis ini terbentuk karena Cak Nun bersama rekan-rekannya, grup musik Kiai Kanjeng melakukan kegiatan bersama masyarakat dengan tujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang nilai-nilai, pola komunikasi, budaya, cara berpikir hingga mencarikan berbagai solusi dari masalah yang timbul didalam masyarakat.
Kiai Kanjeng merupakan grup musik gamelan yang beranggotakan Novi Budianto, Joko Kamto, Dhoni Islamianto, dan personil lainnya. Kiai Kanjeng sudah dikenal khalayak umum sebagai eksplorator yang tidak membatasi pada aliran atau jenis music tertentu saja. Tetapi komposisi alat musik Kiai Kanjeng memungkinkan mengeksplorasi musik Jawa, Melayu, Sunda, Dayak, Cina, dan Barat sekali pun. Â
Penjelasan pokok dalam forum Majelis Maiyah sering kali diperjelas Mbah Nun bersama Kiai Kanjeng melalui alunan musiknya. Instrumen musik Kiai Kanjeng yang terdiri dari gamelan dan alat musik modern lainnya, menjadi pelengkap dan pelumas dengan cara menampilkan lagu, wirid, dan shalawat, atau bahkan gubahan puisi-puisi Mbah Nun dengan alunan nada yang indah. Lambat laun kegiatan Cak Nun bersama Kiai Kanjeng mulai menarik perhatian hingga dikenal masyarakat luas, kemudian akhirnya semakin menyebar luas dan berkembang di berbagai lapisan masyarakat. Barulah seiring dengan berjalannya waktu dan semakin berkembangnya kegiatan majelis ini, pada tahun 2001 majelis ini disahkan dengan nama Majelis Maiyah yang memiliki arti kebersamaan.