Keempat ibu yang mendengar cerita itu bagai dicengkau oleh satu hal yang luar biasa. Tak ada yang bersuara. Â Bahkan ketika ibu yang bercerita itu sudah berhenti bercerita, keempat ibu jemaah haji itu masih bergeming di tempatnya masing-masing.
"Masih ada lagi satu kisah, yang ini terjadi pada seorang perempuan." Ibu itu tiba-tiba kembali berkata. Â Empat ibu jemaah haji yang sejak tadi terdiam, sama mengangkat mukanya. Wajah-wajah mereka menyiratkan rasa ingin tahu. Mereka segera ingin menyimak kisah itu.
"Suatu waktu seorang ulama berangkat berhaji ke Makkah. Tetapi sesampai di Makkah, dia tidak melihat Ka'bah. Tiba-tiba dia mendengar bisikan, Â 'Ka'bah saat itu sedang menyambangi seorang perempuan'. Mendengar bisikan itu sang Wali segera bergegas meninggalkan Makkah. Sang wali ingin segera bertandang ke tempat perempuan yang sedang dikunjungi Ka'bah tersebut. Sesampai di sana dilihatnya Ka'bah yang justru bertawaf mengelilingi sang perempuan. Sang ulama yang penasaran bertanya, 'mengapa sampai Ka'bah yang datang menyambangimu, sementara banyak orang yang bersusah payah justru ingin mengunjungi Ka'bah.' Kata sang perempuan, 'karena di dalam hatiku hanya satu tujuanku Sang Pemilik Ka'bah, tidak yang lain, tidak juga Ka'bahnya.Â
Mendengar cerita yang terakhir ini, keempat perempuan itu tidak hanya tercekam, dan kerongkongan mereka terasa kering seperti tidak minum beberapa hari, tetapi juga salah tingkah. Paras mereka pucat pasi. Masing-masing menakar dirinya sendiri. Mereka ke Tanah Suci untuk apa? Betulkah untuk Allah semata? Ibu Murni yang paling terlihat gelisah. Semakin ia bertanya pada batinnya, semakin dadanya buncah.  Tanpa ia sadari air hangat merembes dari kedua matanya. Ia menangis...Ketika Ibu Murni menatap ibu-ibu lainnya, dilihatnya ketiga ibu-ibu itu juga tercenung. Mata sama berembun. Dada sama buncah. Lalu keempatnya serentak menunduk. Hening. Hanya suara istigfar  lamat-lamat mengalun dari mulut masing-masing. Hati mereka seakan berbisik, Ya...Allah kami telah menzalimi diri sendiri, tanpa pengampunan-Mu, kami hanya akan semakin jauh tersesat dari jalan-Mu.Â
Keempat orang itu tidak sadar kalau ibu yang bercerita itu sudah tidak ada lagi di tempat duduknya. Suasana semakin senyap. Dan akhirnya keheningan itu menyadarkan mereka. Tak ada lagi ibu yang bercerita itu. Kemana perginya? Keempat ibu jemaah haji itu segera mencarinya, menelusuri lorong hotel, menelisik tiap rombongan, tapi tetap saja ibu pencerita tak ditemukan. Bertanya ke kamar lain dengan menjelaskan ciri-cirinya, juga tak ada yang mengenalinya. Seperti ibu Saminah, ibu yang bercerita itu pun seakan raib ditelan bumi.
Â
Datuk ri Paggentungan di awal pagi.
Sekian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H