Mohon tunggu...
Syamsurijal Ijhal Thamaona
Syamsurijal Ijhal Thamaona Mohon Tunggu... Penulis - Demikianlah profil saya yg sebenarnya

Subaltern Harus Melawan Meski Lewat Tulisan Entah Esok dengan Gerakan Fb : Syamsurijal Ad'han

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan yang Disambangi Ka'bah

11 Juni 2021   09:55 Diperbarui: 11 Juni 2021   10:10 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ya...cerita ibu...eh...bunda Murni ini bukan hal yang mustahil terjadi." Lanjut ibu yang tiba-tiba ikut nimbrung ini melanjutkan kalimatnya.

"Maksud ibu, yang saya lihat memang ibu Saminah, atau hanya sukmanya?"

"Mungkin saja memang itu ibu Saminah. Kalaupun ibu-ibu semua merasa bahwa ibu Saminah tidak berhaji karena tidak pernah ketahuan mendaftar, tidak ada acara selamatan atau pun karena tidak pernah mengabarkan soal rencananya naik haji, itu tidak berarti ia memang tidak naik haji.  Mungkin saja dia diam-diam naik haji. Tidak semua orang merasa perlu mengabarkan dirinya naik haji. Mungkin dia merasa haji baginya hanya untuk Allah, bukan untuk cari ketenaran." Kata ibu itu.  Keempat ibu jemaah haji  itu tiba-tiba merasa jengah. Entah mengapa kalimat ibu itu terasa menyindir mereka. 

" Kalaupun fisiknya tidak naik haji, tapi sukma dan batinnya, sejatinya telah naik haji." Lanjutnya lagi.

Mendengar itu empat ibu lainnya saling berpandangan, mereka terlihat bingung. Wajah mereka terlihat karut, mirip ibu-ibu penonton sinetron yang mulai bingung dengan jalan cerita telenovelanya.

"Pernah dengar kisah seorang penjahit sepatu, yang tidak naik haji, tetapi ternyata telah dianggap naik haji oleh Allah, bahkan hanya hajinya satu-satunya yang diterima oleh Sang Pencipta?" Tanya ibu itu.

Keempat ibu itu serentak menggelengkan kepalanya.

"Itu kisah seorang penjahit sepatu yang begitu berharap bisa naik ke tanah suci, mengunjungi Ka'bah dan salat di bawah naungan bayang-bayang Rumah Allah itu.  Impian itu ditelannya sendiri, diresapi diam-diam tanpa pernah ia menceritakan pada orang lain. Hasil dari menjahit sepatunya diam-diam ditabungnya dengan tekun, hingga akhirnya mencukupi bekal untuk ke tanah suci. Tetapi ketika bekalnya sudah cukup, seorang tetangganya membutuhkan pertolongan. Tetangganya itu membutuhkan biaya untuk pengobatan. Ia menyampaikan itu pada si Penjahit Sepatu. Sang tetangga sendiri tidak pernah tahu bahwa si penjahit sepatu punya simpanan dan sedang bercita-cita naik haji. Tanpa sungkan-sungkan si penjahit sepatu menyerahkan  seluruh ongkos naik hajinya yang telah ditabung untuk menolong tetangganya itu. Dan ia tak sedikit pun menceritakan bahwa itu ongkos untuk naik hajinya."

Ibu itu berhenti sejenak. Ia menatap sekilas ke empat ibu lainnya yang terlihat terkesima mendengar ceritanya.

"Meskipun batal berangkat haji, si tukang jahit sepatu tidak masygul. Ia sepenuh hati membantu tetangganya, ia ikhlas menerima ketentuan Tuhan bahwa tahun itu ia belum mendapat panggilan ke tanah suci. Dan tahukah apa yang terjadi ibu-ibu....?"

Sekali lagi ibu yang bercerita ini menjeda ceritanya. Ibu ini rupanya pintar bercerita. Dia mampu menuntut rasa penasaran dari pendengarnya. Setelah diam  sejurus, Ibu itu lalu berkata,  "Seorang alim atau mungkin juga dia wali, yang naik ke tanah suci pada tahun itu pula, bermimpi tiga malam berturut-turut. Ia didatangi malaikat dan mengabarkan kepadanya, tahun itu hanya hajinya si Penjahit Sepatu  yang diterima oleh Tuhan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun