Mohon tunggu...
Syamsurijal Ijhal Thamaona
Syamsurijal Ijhal Thamaona Mohon Tunggu... Penulis - Demikianlah profil saya yg sebenarnya

Subaltern Harus Melawan Meski Lewat Tulisan Entah Esok dengan Gerakan Fb : Syamsurijal Ad'han

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Klepon (Onde-onde) Pernah Musyrik

25 Juli 2020   17:22 Diperbarui: 25 Juli 2020   17:13 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika boleh meminjam istilah Roberton Smith, maka ritual semacam ini disebut dengan upacara bersaji. Sebuah ritual yang secara sengaja menyajikan sesajenan dan di antara sesajenan itu adalah darah yang sengaja dipersembahkan pada makhluk gaib atau kekuatan tertentu yang tidak terlihat.

Terang benderang kan wahai akhi dan ukhti....onde-onde terbukti ikut serta dalam ritual yang ada bau-bau kemusyrikannya.  Jelas sudah beliau, si onde mande eh...onde-onde itu adalah pelaku atau setidaknya mendukung sebuah kemusyrikan terjadi.

Tetapi dulu ulama kita arif bijaksana. Onde-onde tidak buru-buru dituduh musyrik. Tidak dipublikasikan ke mana-mana bahwa si onde-onde ini tidak syar'i. Pelan-pelan onde-onde malah diajak hijrah.

Caranya gimana? Ulama kita tidak membuat hijrah fest atau semacamnya. Wadah sama sekali tidak diubah. Ulama-ulama kita tetap mempersilahkan melakukan ritual, tetapi makanan-makanan, termasuk si onde-onde tidak lagi menjadi sesajenan untuk dipersembahkan. Seluruh makanan dimakan bersama oleh khalayak yang hadir dalam ritual.

Agar tidak diganggu makhluk halus, warga diajak berdoa. Berdoa pada Tuhan seru sekalian makhluk, termasuk makhluk to tenri ita. Tetapi doa-doa yang diajarkan melalui simbol-simbol, bukan doa-doa dalam bentuk teks Arab. Ulama kita paham, warga bisa repot lidahnya jika langsung diminta hafal doa sebelum makan. Maka seluruh ornamen yang hadir dalam upacara itu, memiliki simbol-simbol yang mengandung makna pengharapan. Termasuk dalam hal ini makanan dan kudapan.

Karena itu, jika Anda melihat orang Bugis Makassar naik rumah baru lalu di palang kayunya digantung sesisir pisang, sebutir kelapa dan gula, maka itu bukan lagi makanan yang akan dipersembahkan pada makhluk tak kasat mata. Semuanya itu telah menjadi simbol pengharapan. Semacam doa tanpa kata-kata. 

Sesisir pisang, misalnya, maknanya adalah supaya rezeki yang punya rumah bersisir-sisir datangnya (melimpah ruah). Kelapa bermakna, agar hidup si empunya rumah lezat bagai santan. Sementara gula artinya, semoga perjalanan hidup yang punya rumah senantiasa semanis gula.

Lalu bagaimana dengan onde-onde? Onde-onde pun demikian. Bahkan mulai dari pembuatannya sudah memiliki makna yang dalam. Lihatlah ketika onde-onde diturunkan ke tempat untuk memasaknya, mulanya kecil, tetapi lama-lama mengembang. Itulah mengapa di Makassar disebut juga umba-umba. Maknanya apa? Tidak lain agar yang punya hajatan semakin berkembang kehidupannya menjadi lebih baik.

Sementara itu bagian dalam onde-onde adalah gula yang legit, luarnya adalah kelapa yang gurih. Sekali lagi hal itu menyiratkan simbol agar hidup yang dijalani selalu terasa nikmat. Manis di dalam lezat di luar.

Perubahan dari ritual yang selalu mementingkan adanya persembahan terhadap makhluk tak kasat mata, menjadi semacam simbol permohonan, itulah yang disebut dengan assenu-senureng. Karena itulah ritual-ritual selamatan di Bugis-Makassar sering kali juga disebut assenu-senureng.

Assenu-senureng ini sudah islami sekali, karena memang merupakan hasil dari sebuah proses transformasi dari ulama terhadap ritual lokal. Bukankah dengan demikian telah terjadi islamisasi budaya? Untuk hal ini perlu penjelasan lain. Soalnya di saat yang sama, tradisi lokal sendiri melakukan semacam negosiasi dan resistensi tertentu.  Tetapi untuk sementara kita tidak akan jelaskan di sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun