Mohon tunggu...
Syamsurijal Ijhal Thamaona
Syamsurijal Ijhal Thamaona Mohon Tunggu... Penulis - Demikianlah profil saya yg sebenarnya

Subaltern Harus Melawan Meski Lewat Tulisan Entah Esok dengan Gerakan Fb : Syamsurijal Ad'han

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penyesalan Para Pemburu Surga di Suriah

13 Februari 2020   17:27 Diperbarui: 13 Februari 2020   19:29 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah kita berpikir bisa membaca Al-qur'an tanpa razm (titik dan tanda huruf)? Ilmu itu didesain oleh sahabat dan para ulama.  Kita dipermudah membaca Al-Qur'an dan Hadits, di antaranya karena jasa al-Farahidi dan Sibawahi. Keduanya adalah ulama.

Karena itu orang-orang yang bergabung secara sadar dengan ISIS, sejatinya kesadarannya adalah kesadaran palsu. Mereka menganggap bahwa bergabung dengan ISIS itu adalah kesadaran seorang muslim yang baik, karena mengikuti ayat-ayat Al-Qur'an ataupun Hadits yang disodorkan ISIS. Padahal kesadaran tersebut adalah kesadaran yang telah dimanipulasi. Mereka hanya disodorkan tafsir terhadap ayat-ayat tersebut sesuai dengan kepentingan ISIS.  

Kini  setelah mereka bergabung dan menyaksikan kenyataan, barulah kesadaran sejati muncul. Di Suriah tak ada surga, yang ada adalah perang. Yang ada adalah orang-orang yang sedang memburu kekuasaan dengan mengatas namakan agama.

Pada saat seperti itulah mereka mulai sadar, kesadaran yang murni bahwa surga itu ternyata adalah kampung halamannya sendiri. Hamparan sawahnya, gunung-gunung hijau yang menjulang  dan sungai-sungai yang mengalir, itulah surga dunia.  Semua itu ternyata ada di Indonesia, negaranya sendiri. Lantas mengapa harus melawat ke negeri lain, jika surga dunia dan para bidadari itu justru ada di kampung halaman sendiri?

Orang tua yang menunggu bakti anaknya, kaum miskin yang butuh disantuni, anak yatim yang perlu dipelihara, ternyata bisa dilakukan di negerinya sendiri. Itulah pintu-pintu untuk menuju surga akhirat. Mereka tidak harus berjihad ke Suriah.  

Mulai dari saat ini, kita perlu mengingat baik-baik, siapa pun yang mengajak memberontak dan mendirikan negara baru, kendati mengatas namakan khilafah, jangan mudah dipercaya. Bahkan terhadap mereka yang mengatakan ingin menegakkan satu pemerintahan berdasarkan agama  tanpa mengangkat senjata.

Perlu diingat, perang dan senjata ternyata tidak bisa dipisahkan dari para pemburu kekuasaan. Ed Husein (2007) mantan Hizbut Tahrir, mengutip kata Oemar Bakri, pimpinan Hizbut Tahrir di Britania: "Kami hanya membutuhkan senjata, bukan makanan atau pakaian, dalam perang kami bisa memakan musuh kami."  Sebuah pernyataan yang angker. Jangan pernah mau terjatuh pada lubang yang sama!      
Kendati penyesalan selalu datang terlambat, tapi bagi Tuhan tidak ada sesal yang tak berguna. Tuhan selalu menunggu hamba-Nya untuk pulang. Kembali ke kasih sayang-Nya, bersimpuh dalam ampunan-Nya. Kata Rumi dalam syairnya:

"Datanglah datang, siapa pun kalian,
Para pengembara, pemuja dan pencinta kebebasan.
Ini Bukan kafilah keputusasaan.
Tidak masalah jika kalian telah melanggar janji beribu kali
Tetaplah datang dan teruslah datang


Karena itu, wahai para mantan pengagum ISIS, Tuhan menantimu untuk kembali kepada-Nya. Tetapi mohon maaf, sebagian besar rakyat di Indonesia saat ini belum siap menerimamu. Darah dan air mata belumlah kering benar. Entah kelak di kemudian hari.

*beberapa isi artikel ini sebelumnya telah dimuat di Blamakassar.co.id dan suaraislam.co

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun