Lain lagi dengan Dg Mile, setiap dia dipanggil oleh pihak Parawisata, biasanya dia berupaya berkelit untuk tidak hadir.  Caranya bisa dengan mengadakan pula acara ritual  di kampungnya. Bisa juga dengan alasan sedang menghadiri acara sunatan dan pengantin. Kalaupun tidak bisa menolak maka dia akan pertegas pula bahwa dia hadir dengan persyaratan dia dan kawan-kawannya tidak boleh diterlantarkan. Â
Dg Mile juga dalam berbagai kesempatan berusaha tampil sendiri tanpa berurusan dengan negara. Â Paling banter dia dan kelompoknya hanya mau bekerja sama dengan LSM tertentu yang mereka tahu memang punya kepedulian dengan kesenian rakyat. " Selama ini saya lebih senang berhubungan dengan Latar Nusa (LSM yang bergerak di bidang kesenian dan kebudayaan) ketika mau menampilkan kesenian Pakarena baik di dalam maupun di luar negeri. Tuturnya.
Para seniman kampung ini pada dasarnya  sadar,  proses komodifikasi yang dilakukan negara sama sekali tidak menguntungkan posisi mereka. Proses ini hanyalah akal-akalan seniman-seniman kelas menegah yang hidup di kota dan kalangan tertentu di pemerintahan. Namun mereka juga sadar betul, tidak mungkin mereka melakukan perlawanan secara langsung terhadap proses ini. "Kami bisa berbuat apa? Kami hanyalah rakyat kecil," ucap Dg Mile. Â
Namun dalam ketidakberdayaan itu terkadang mereka bisa memunculkan perlawanan yang kreatif. Kadang tetap tampil, tapi ketika sudah dipanggung mereka mampu menjaga otonomi mereka.  Aturan yang  diterapkan sebelum tampil, misalnya pukulan gendang harus seirama dan tarian harus rancak berestetika ,  mereka abaikan. Bahkan tak jarang pilihan untuk tidak mau tampil atau bahkan tidak mau berkesenian  mereka lakukan. Kenyataan ini bolehlah kita maknai macam-macam, namun satu pesan yang jelas yang ingin mereka sampaikan: "Kami lebih baik diam dan tak berkesenian lagi, daripada berkesenian tapi kenyataannya hanya menjadi jualan".
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI