"Melihat perempuan cantik yang hamil sembilan bulan, gairahku rasanya naik ke ubun-ubun". Â Anggota ke tiga dari lawannya itu ikut nimbrung bicara.
Bunga semakin gemetar menahan geram yang sudah sampai ke ubun-ubunnya. Matanya berkemilap tajam seakan ingin membakar tiga orang yang tegak di depannya. Tanpa memedulikan pakaiannya yang sobek di sana sini, tanpa menghiraukan dirinya yang lagi hamil besar sembilan bulan, Bunga menerjang dengan garang. Tangannya mencakar ke paras salah seorang lawannya yang tegak paling depan. Yang diserang sambil terkekeh berkisar selangkah ke samping. Bersamaan dengan itu tangannya mendorong pundak Bunga ke samping. Bunga terdorong ke kanan. Dari arah depan, seorang lawannya tiba-tiba bergerak ke arah Bunga yang sedang melintir ke kanan, lalu mendekap Bunga erat-erat.
Merasa dirinya didekap orang, Bunga memberontak berusaha melepaskan diri. Sikunya dihantamkan ke belakang. Kakinya menendang tulang kering orang yang mendekapnya.
"Aduh... sialan kau perempuan binal". Anggota Empat Momok Pulau Silaja yang mendekap Bunga mengaduh sambil mengumpat. Tangannya tetap mendekap Bunga erat-erat. Melihat Bunga memberontak dalam dekapan salah satu teman mereka, dua anggota Empat Momok Merah Pulau Silaja  yang lain datang membantu. Mereka memegangi kedua tangan Bunga.Â
(Bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H