Mohon tunggu...
Iis WKartadinata
Iis WKartadinata Mohon Tunggu... Guru - guru dan pencinta buku

guru dan pencinta buku

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memanusiakan Guru

18 Mei 2022   09:54 Diperbarui: 18 Mei 2022   10:24 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Contoh lain berpura-pura ke kamar kecil, padahal di sana mereka membuka kertas sontekan, atau bahkan menyimpan buku pelajaran. Ini lebih mudah dibanding sekedar bisik-bisik atau melempar kertas saat ujian. 

Guru sebagai pengawas harus ekstra sanggup melakukan pengawasan dari segala penjuru. Karena ada saja, otak anak ketika ujian tidak saja dipakai untuk belajar, tapi sebagian dari mereka juga dipakai untuk menciptakan taktik bagaimana mereka bisa mengisi jawaban ujian dengan cantik meskipun curang. 

Saya sering berkata pada siswa bahwa nilai kecil tidaklah dosa, tapi ketidakjujuran yang membawa mereka tidak mencium bau surga.

Tapi kata-kata itu menjadi tidak penting karena mereka menuntut nilai, dan menjadikan angka tinggi di raport sebagai dewa. Ini serius.  Naif, rupanya tujuan pendidikan untuk mengubah tingkah laku siswa menjadi omong kosong karena pada akhirnya siapa pun memuarakan akhir penilaian pada angka.

Ok, kurikulum sudah berganti, dengan melahirkan sebuah seting dimana selain ada angka juga guru diwajibkan menulis nilai-nilai karakter pada raport. Namun itu pun menjadi an sich. Apalagi sistem  malah meminta nilai berupa angka-angka pada setiap kompetensi dasar yang dimiliki siswa. Sekali lagi, tetap saja ada angka menjadi patokan.

-Guru dalam pandangan masyarakat

Meskipun sudah modern, di masyarakat guru tetap dipandang sebagai bentuk pribadi yang berbeda. Rasanya ada jarak yang memisahkan profesi-preofesi lain dengan guru. Meskipun di masyarakat pun norma sudah mulai bergeser, sehingga guru tidak lagi seperti dulu dihormati dan khusus. 

Sehingga kalau ada seorang guru yang melakukan tindakan salah, sekalipun bukan tindakan amoral, hal itu dianggap kesalahan yang biasanya dibahas habis oleh orang-orang di sekitarnya. 

Masyarakat menuntut guru menjadi contoh dalam kehidupan sosial. Di warung guru malu untuk mengutang, di tetangga seorang guru malu untuk bergosip, atau lebih sederhana, seorang guru akan lebih malu jika anaknya berbuat salah dibandingkan orang lain yang bukan guru.

-Guru dalam pandangan pemerintah

Guru adalah satu-satunya mahluk yang diharapkan bisa mengubah peradaban. Sekolah adalah lembaga satu-satunya yang diharapkan bisa mengubah tatanan kehidupan. Dan muaranya adalah guru profesional. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2015 menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun