Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua elemen yang tidak dapat dipisahkan dalam dunia pendidikan. Tanpa kurikulum yang jelas, proses pembelajaran akan menjadi tidak terarah. Sebaliknya, kurikulum yang tidak didukung metode pembelajaran yang efektif hanya akan menjadi teori di atas kertas.
Dalam konteks pembelajaran bahasa Arab, pengembangan kurikulum menjadi semakin krusial mengingat bahasa ini digunakan oleh ratusan juta orang di seluruh dunia. Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa Arab masih menghadapi berbagai kendala, baik dari segi kurikulum maupun penerapannya di kelas.
Artikel ini akan mengupas problematika pembelajaran bahasa Arab serta upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kurikulum yang lebih efektif.
Sejarah dan Tantangan Pembelajaran Bahasa Arab
Pembelajaran bahasa Arab bagi penutur non-Arab sudah dimulai sejak abad ke-17, ketika Universitas Cambridge di Inggris mulai mengajarkannya. Amerika Serikat baru mulai memperhatikan pentingnya bahasa Arab pada tahun 1947. Di Mesir, pusat pembelajaran bahasa Arab berkembang pesat seiring dengan proyek pengembangan materi pengajaran yang lebih sistematis.
Namun, dalam perkembangannya, pembelajaran bahasa Arab menghadapi berbagai tantangan, terutama dalam mendesain kurikulum yang mampu menyesuaikan dengan kebutuhan pelajar modern. Nation dan Macalister mengidentifikasi beberapa faktor penting dalam desain kurikulum, di antaranya:
- Minat pelajar dalam belajar bahasa
- Ukuran kelas yang besar
- Keterampilan berbahasa yang beragam
- Kebutuhan pasar kerja
- Kurangnya bahan bacaan yang relevan
- Kurangnya pelatihan bagi guru
- Penggunaan bahasa pertama di dalam kelas
- Kurangnya kemandirian dalam pembelajaran
Ketidakseimbangan antara teori dan praktik dalam pembelajaran bahasa Arab juga menjadi salah satu penyebab utama kurang berhasilnya proses pembelajaran.
Problematika Pembelajaran Bahasa Arab
Menurut Nandang Sarip Hidayat (2012), ada beberapa faktor utama yang menyebabkan kurang optimalnya pembelajaran bahasa Arab, antara lain:
Guru lebih fokus pada teori daripada keterampilan praktis.
Materi seperti fonologi, morfologi, dan sintaksis tidak dikaitkan dengan kebutuhan komunikasi siswa.