Mohon tunggu...
Iis Sakila
Iis Sakila Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Dasar

Menulislah supaya perjalanan hidupmu dikenang orang...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Pembelajaran Guru Penggerak

14 Februari 2023   10:34 Diperbarui: 14 Februari 2023   15:35 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tugas 3.1.a.8 Koneksi Antar Materi

Rangkuman Kesimpulan Pembelajaran

Oleh : Iis Sakila, S.PD.SD

Calon Guru Penggerak 

Angkatan 6

Kabupaten Majalengka

Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Sebagai seorang pemimpin, harus memiliki keberanian dan kepercayaan diri untuk menghadapi konsekuensi dan implikasi dari keputusan yang diambilnya. Dan pengambilan keputusan didasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal, kepentingan murid dan rasa tanggung jawab. 

Dari keputusan yang diambil, berarti ada nilai-nilai yang dijunjung tinggi.  Nah, nilai-nilai kebajikan yang dijunjung tinggi inilah yang akan menjadi teladan bagi murid. Sesuai dengan filosofi Ki Hadjar Dewantara dalam pratap triloka yang terdiri dari 3 semboyan, yaitu "ing ngarso sing tuladha, ing madya mangun karsa,  dan tut wuri handayani". Ketiga semboyan tersebut artinya di depan memberi teladan, di tengah memberi motivasi  dan di belakang memberikan dukungan. 

Ki Hadjar Dewantara berpandangan bahwa seorang guru/pimpinan sekolah harus mampu memberikan teladan dan contoh praktik baik, khususnya kepada murid dan umumnya untuk orang banyak. Jadi, kaitannya sangat jelas, dalam setiap pengambilan keputusan seorang guru/pimpinan harus memberikan karsa  atau usaha keras sebagai wujud filosofi triloka. 

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Dalam diri seseorang pasti memiliki nilai-nilai kebajikan yang sudah tertanam dalam dirinya sebelumnya. Nilai-nilai tersebut akan mempengaruhi keputusan-keputusan yang diambilnya, karena nilai-nilai tersebut membimbingnya untuk mengambil keputusan yang benar. Seperti nilai-nilai yang ada pada guru penggerak yaitu nilai berpihak pada murid, nilai mandiri, nilai reflektif, nilai kolaboratif dan nilai inovatif. 

Sebagai seorang guru/pimpinan nilai-nilai itu akan menjadi sebuah prinsip yang dipegang teguh ketika mengambil sebuah keputusan, baik keputusan dalam menghadapi kasus dilema etika (benar lawan benar) maupun kasus bujukan moral (benar lawan salah). Dalam menghadapi kedua situasi ini, butuh pemikiran dan pertimbangan yang matang dalam pengambilan keputusannya, supaya keputusan berpihak pada murid dan dapat dipertanggungjawabkan.

Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya.

Fasilitator sudah memuntun dan membantu saya memahami materi 9 langkah pengujian pengambilan keputusan dan keterampialan coaching, sehingga saya mampu mempraktikkan keduanya. 9 langkah pengujian pengambilan keputusan adalah untuk memandu kita mengambil keputusan dan menguji keputusan yang akan diambil dalam situasi dilema etika atau bujukan moral yang membingungkan. 

Ke- 9 langkah pengujian pengambilan keputusan tersebut adalah mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan, menentukan siapa yang terlibat dalam situasi, kumpulan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini, pengujian benar atau salah ( uji legal, uji regulasi/standar professional, uji intuisi, uji publikasi, uji panutan,idola), pengujian paradigma benar lawan benar, melakukan prinsip resolusi, investigasi opsi trilema, buat keputusan dan lihat lagi keputusan dan refleksikan.

Untuk keputusan yang tepat, kita harus terampil menguasai ke-9 langkah pengujian pengambilan keputusan ini dengan melatihnya. Selain ke-9 langkah pengujian pengambilan keputusan ini, keterampilan coaching juga dapat membantu dalam pengambilan keputusan. Karena keterampilan coaching membekali seorang guru menjadi coach bagi dirinya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memprediksi dan melihat berbagai opsi solusi sehingga dapat mengambil keputusan dengan baik. 

Dengan keterampilan coaching model TIRTA ( Tujuan umum, Identifikasi, Rencana aksi, Tanggungjawab), kita dapat mengidentifikasi masalah yang dihadapi rekan guru kita, dan membuat pemecahan masalah bagi coachee. Keterampilan coaching yang harus dimiliki diantaranya mampu menghadirkan diri secara penuh/presence, mendengarkan aktif (tanpa berasumsi, melabel dan berasosiasi) dan mengajukan pertanyaan berbobot. Keterampilan coaching baik dikombinasikan dengan ke 9 langkah pengujian pengambilan keputusan sebagai evaluasi terhadap pengambilan keputusan.

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Guru harus mampu mengelola  dan menyadari sosial emosionalnya dengan memiliki kompetensi sosial emosional, diantaranya kesadaran diri (self awarenaess), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness), keterampilan berhubungan sosial (relationship skills), dan kesadaran penuh (mindful). Dengan pengelolaan sosial emosional yang baik, guru mampu mengendalikan emosinya agar tidak terpengaruh situasi yang dihadapi dan dapat memutuskan semua pengambilan keputusan dengan tenang, kesadaran penuh fokus pada pengambilan keputusan yang tepat, bertanggungjawab dan berpihak pada murid khususnya menghadapi dilema etika yang membingungkan dan membutuhkan penguasaan emosi yang stabil, sehingga keputusan yang diambil tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Sekolah adalah institusi moral, jadi guru/pemimpin yang berkewajiban menyelesaikan setiap masalah moral dan etika yang terjadi di sekolah. Dengan mengidentifikasi masalah  apakah termasuk studi kasus dilema etika atau bujukan moral. Setelah mengidentifikasinya guru perlu melakukan pengambilan dan pengujian keputusan dengan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dan keputusan yang diambil, akan dikembalikan kepada nilai-nilai yang dianut guru/pimpinan karena nilai-nilai yang sudah tertanam akan membimbing dan menunjukkan pengambilan keputusan yang tepat dan benar sesuai nilai-nilai yang dipegang teguh oleh guru/pemimpin, tentunya nilai-nilai kebajikan universal yang ada pada diri guru/pemimpin. 

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat adalah pengambilan keputusan yang dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi dan mampu mengakomodir semua pendapat dari berbagai pihak. Pengambilan keputusan yang tepat akan tercapai melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dengan mengikuti ke 9 langkah pengujian keputusan, pengambilan keputusan setiap masalah dapat dianalisis dengan cermat dan akurat, sehingga setiap masalah dapat diselesaikan dengan benar dan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif aman dan nyaman. Menciptakan lingkungan positif juga dapat diwujudkan dengan melakukan prakarsa perubahan melalui tahapan BAGJA (Buat pertanyaan utama, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, Atur eksekusi).

Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan-tantangan muncul baik secara internal maupun eksternal. Secara internal muncul dari dalam diri sendiri, pada saat kasus berhubungan dengan pribadi dan yang berhubungan dengan perasaan. Secara eksternal dari lingkungan sekitar, perubahan paradigma, sistem yang berlaku maupun budaya sekolah. Tantangan tersebut contohnya ketika sistem yang berlaku memaksa guru untuk memilih dua pilihan yang membuat keputusan tidak tepat dan tidak berpihak pada murid, keputusan yang diambil tidak melibatkan warga sekolah dan tidak mengakomodir pendapat orang lain, dan tidak semua pihak berkomitmen tinggi untuk menjalankan keputusan hasil bersama.

Ada 3 prinsip yang dapat membantu kita untuk meghadapi tantangan-tantangan tersebut dalam mempertimbangkan sebuah keputusan yaitu yang pertama prinsip berpikir hasil akhir (End Based Thinking), dimana keputusan mementingkan hasil akhir. Kedua berpikir berbasis peraturan (Rule Based Thinking), dimana mengambil keputusan tanpa memikirkan konsekuensi tapi memikirkan prinsip-prinsip yang mendalam. Ketiga prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care Based Thinking), dimana kita memposisikan diri di posisi orang lain. Dengan menggunakan prinsip di atas, kita akan lebih mudah menghadapi tantangan-tantangan dalam mengambil keputusan.

Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Sebagai guru/pemimpin dalam mengambil keputusan harus memikirkan apakah keputusan yang dimbil tepat atau tidak, apakah berpihak pada murid dan mampu memerdekakan murid atau tidak. Semuanya harus dipikirkan dengan pertimbangan yang matang. Karena pengaruhnya akan berdampak bagi siswa dalam pembelajarannya sehingga siswa mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Dalam memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid yang berbeda-beda, guru mengambil keputusan dengan menerapkan pembelajaran yang mampu memenuhi perbedaan tersebut, yaitu pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran yang dalam kegiatannya melalui identifikasi kebutuhan belajar murid, memetakannya dan memenuhi kebutuhan belajar murid yang berbeda berdasarkan aspek kesiapan belajar, minat dan profil belajar siswa. Sehingga guru perlu menyiapkan bahan dan sumber belajar berbeda (diferensiasi konten), menyiapan proses pembelajaran dari gaya belajarnya (diferensiasi proses), dan membebaskan murid menghasilkan sebuah karya (diferensiasi produk).  Dengan penerapan pembelajaran berdiferensiasi, guru mengambil keputusan yang tepat untuk memerdekakannya dalam belajar sesuai perbedaan kemampuan dan kebutuhannya. 

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Berdasarkan filosofi Ki Hadjar Dewantara, guru dalam merancang pembelajaran harus sesuai dengan kodrat anak, baik kodrat alam maupun kodrat zaman. Sesuai kodrat alam, rancangan pembelajaran disesuaikan dengan kultural masyarakat sekitar dan lebih kontekstual. Dan sesuai kodrat zaman, pembelajaran yang dirancang mengikuti perkembangan abad 21 dengan penggunaan IT dan internet. Melalui rancangan yang sesuai dengan kodratnya, guru mengambil keputusan yang tepat demi kehidupan masa depannya murid.

Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?       

  • Kaitan antara modul 3.1 pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin  dan modul 1.1 filosofi pendidikan KHD, yaitu setiap pengambilan keputusan yang menjunjung nilai-nilai kebajikan akan diteladani siswa, sesuai 3 semboyan pratap triloka KHD. Dan mengambil keputusan untuk masa depan murid dengan menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan kodrat murid.
  • Kaitan modul 3.1 pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin  dan modul 2.1 nilai-nilai dan peran guru penggerak, yaitu nilai-nilai guru penggerak yang tertanam dalam diri seorang guru, mampu membimbingnya mengambil sebuah keputusan yang tepat.
  • Kaitan modul 3.1 pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin  dan modul 2.3 coaching untuk supervisi akademik, yaitu dalam proses pengambilan keputusan dengan keterampilan coaching dapat mengembangkan dan memaksimalkan potensi untuk mengambil keputusan yang tepat.
  • Kaitan modul 3.1 pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin  dan modul 2.2 pembelajaran sosial emosional, yaitu dalam mengambil keputusan sebagai guru/pemimpin mampu mengelola dan menyadari sosial emosionalnya agar mampu mengambil keputusan dengan tenang, sadar dan tepat.
  • Kaitan modul 3.1 pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin  dan modul 1.3 visi guru penggerak, yaitu pengambilan keputusan dengan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan dan melakukan prakarsa perubahan melalui tahapan BAGJA akan menciptakan lingkungan positif, kondusif, aman dan nyaman (wellbeing)
  • Kaitan modul 3.1 pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin  dan modul 2.1 pembelajaran berdiferensiasi, yaitu pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan belajar murid yang berbeda-beda.
  • Kesimpulannya, modul 3.1 saling berkaitan dengan modul-modul guru penggerak sebelumnya. Dimana pengambilan keputusan yang tepat dapat dilakukan dengan praktik coaching, melakukan prakarsa perubahan, dan dengan didasarkan pada 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 pengujian keputusan. Dengan tertanam nilai-nilai guru penggerak dalam diri guru/pemimpin akan membimbing dan menghasilkan pengambilan kepeutusan yang berpihak pada murid dan menciptakan wellbeing di sekolah.

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Pengertian dilema etika

Dilema etika adalah ketika seorang guru/pimpinan harus memilih antara dua pilihan, dimana keduanya secara moral benar tetapi saling bertentangan. Sehingga guru/pemimpin harus membuat keputusan benar dan benar.

Pengertian bujukan moral

Bujukan moral adalah ketika seorang guru/pemimpin harus memilih dan membuat keputusan benar dan salah.

4 paradigma pengambilan keputusan

Paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan, sebagai berikut ini.

1. Individu lawan kelompok (individual vs community)

2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

3 prinsip pengambilan keputusan

Ketiga prinsip tersebut adalah:

1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (End-Based Thinking)

2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan

1. Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan

2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini

3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini

4. Pengujian benar atau salah

     1) Uji Legal ( uji pelanggaran hukum )

     2) Uji Regulasi/Standar Profesional (uji pelanggaran peraturan/kode etik)

     3) Uji Intuisi (uji rasa bersalah)

     4) Uji Publikasi (uji diviralkan atau diberitakan di media sosial maupun elektronik)

     5) Uji Panutan/Idola (siapa yang jadi panutan untuk dicontoh keputusannya)

5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar

6. Melakukan Prinsip Resolusi

7. Investigasi Opsi Trilema

8. Buat Keputusan

9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

Yang diluar dugaan, pada pengujian benar atau salah dalam uji legal apabila kasus tersebut melanggar hukum maka sudah dipastikan kasus tersebut bukan dilema etika. Dan pada uji publikasi ternyata perasaan nyaman saat kasusnya diviralkan dan dipublikasikan di media elektronik maupun di media sosial, pengujian itu menunjukkan dilema etika bukan bujukan moral.

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Ya pernah, yang membedakannya saat pengambilan keputusan, saya belum bisa membedakan situasi dilema etika atau bujukan moral. Dan tidak melakukan pengujian dengan 9 langkah pengujian keputusan, karena saya belum mengetahui konsep pengambilan keputusan berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Dampak mempelajari konsep modul 3.1 adalah saya mampu mengetahui dan memahami cara pengambilan keputusan yang tepat dan bertanggung jawab. Sebelumnya, dalam mengambil keputusan saya hanya melakukan prosedur mengidentifikasi masalah, mengkonfirmasi, mengambil keputusan lalu melaksanakan hasil pengambilan keputusan tanpa melakukan pengujian apakah menghadapi situasi dilema etika atau bujukan moral. Sesudahnya, saya melakukan pengambilan keputusan berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan dilema etika.

Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Bagi saya sangat penting, sebagai guru/pemimpin tidak boleh mengambil keputusan sembarangan dan dilaksanakan begitu saja tanpa harus melakukan pertimbangan dan pengujian, sehingga keputusan yang diambil adalah keputusan yang tepat didasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal, kepentingan murid dan rasa tanggung jawab.

Semoga apa yang saya sampaikan di atas bermanfaat dan dapat di implementasikan di sekolah. Salam dan bahagia...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun