Dalam diri seseorang pasti memiliki nilai-nilai kebajikan yang sudah tertanam dalam dirinya sebelumnya. Nilai-nilai tersebut akan mempengaruhi keputusan-keputusan yang diambilnya, karena nilai-nilai tersebut membimbingnya untuk mengambil keputusan yang benar. Seperti nilai-nilai yang ada pada guru penggerak yaitu nilai berpihak pada murid, nilai mandiri, nilai reflektif, nilai kolaboratif dan nilai inovatif.Â
Sebagai seorang guru/pimpinan nilai-nilai itu akan menjadi sebuah prinsip yang dipegang teguh ketika mengambil sebuah keputusan, baik keputusan dalam menghadapi kasus dilema etika (benar lawan benar) maupun kasus bujukan moral (benar lawan salah). Dalam menghadapi kedua situasi ini, butuh pemikiran dan pertimbangan yang matang dalam pengambilan keputusannya, supaya keputusan berpihak pada murid dan dapat dipertanggungjawabkan.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya.
Fasilitator sudah memuntun dan membantu saya memahami materi 9 langkah pengujian pengambilan keputusan dan keterampialan coaching, sehingga saya mampu mempraktikkan keduanya. 9 langkah pengujian pengambilan keputusan adalah untuk memandu kita mengambil keputusan dan menguji keputusan yang akan diambil dalam situasi dilema etika atau bujukan moral yang membingungkan.Â
Ke- 9 langkah pengujian pengambilan keputusan tersebut adalah mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan, menentukan siapa yang terlibat dalam situasi, kumpulan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini, pengujian benar atau salah ( uji legal, uji regulasi/standar professional, uji intuisi, uji publikasi, uji panutan,idola), pengujian paradigma benar lawan benar, melakukan prinsip resolusi, investigasi opsi trilema, buat keputusan dan lihat lagi keputusan dan refleksikan.
Untuk keputusan yang tepat, kita harus terampil menguasai ke-9 langkah pengujian pengambilan keputusan ini dengan melatihnya. Selain ke-9 langkah pengujian pengambilan keputusan ini, keterampilan coaching juga dapat membantu dalam pengambilan keputusan. Karena keterampilan coaching membekali seorang guru menjadi coach bagi dirinya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memprediksi dan melihat berbagai opsi solusi sehingga dapat mengambil keputusan dengan baik.Â
Dengan keterampilan coaching model TIRTA ( Tujuan umum, Identifikasi, Rencana aksi, Tanggungjawab), kita dapat mengidentifikasi masalah yang dihadapi rekan guru kita, dan membuat pemecahan masalah bagi coachee. Keterampilan coaching yang harus dimiliki diantaranya mampu menghadirkan diri secara penuh/presence, mendengarkan aktif (tanpa berasumsi, melabel dan berasosiasi) dan mengajukan pertanyaan berbobot. Keterampilan coaching baik dikombinasikan dengan ke 9 langkah pengujian pengambilan keputusan sebagai evaluasi terhadap pengambilan keputusan.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Guru harus mampu mengelola  dan menyadari sosial emosionalnya dengan memiliki kompetensi sosial emosional, diantaranya kesadaran diri (self awarenaess), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness), keterampilan berhubungan sosial (relationship skills), dan kesadaran penuh (mindful). Dengan pengelolaan sosial emosional yang baik, guru mampu mengendalikan emosinya agar tidak terpengaruh situasi yang dihadapi dan dapat memutuskan semua pengambilan keputusan dengan tenang, kesadaran penuh fokus pada pengambilan keputusan yang tepat, bertanggungjawab dan berpihak pada murid khususnya menghadapi dilema etika yang membingungkan dan membutuhkan penguasaan emosi yang stabil, sehingga keputusan yang diambil tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Sekolah adalah institusi moral, jadi guru/pemimpin yang berkewajiban menyelesaikan setiap masalah moral dan etika yang terjadi di sekolah. Dengan mengidentifikasi masalah  apakah termasuk studi kasus dilema etika atau bujukan moral. Setelah mengidentifikasinya guru perlu melakukan pengambilan dan pengujian keputusan dengan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dan keputusan yang diambil, akan dikembalikan kepada nilai-nilai yang dianut guru/pimpinan karena nilai-nilai yang sudah tertanam akan membimbing dan menunjukkan pengambilan keputusan yang tepat dan benar sesuai nilai-nilai yang dipegang teguh oleh guru/pemimpin, tentunya nilai-nilai kebajikan universal yang ada pada diri guru/pemimpin.Â