Mohon tunggu...
Iis Pernata
Iis Pernata Mohon Tunggu... Guru - IBU RUMAH TANGGA

Selalu bersyukur, bermimpi dan berharap kepadanya...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Terpaksa Meminang: Bagian Satu

5 Maret 2022   22:46 Diperbarui: 5 Maret 2022   22:48 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Harus banget ya pake acara tiup-tiup lilin? gue udah 38 lho. Malu-maluin nanti ketauan karyawan gua di kantor ckk" ocehku sambil geleng-geleng pada Gio saat memasuki sebuah ruangan yang mirip dengan kamar kayak film korea gitu dengan keadaan setengah berjongkok masih dengan nafas terengah-engah seraya menyandarkan tangan di pintu sambil melepas sepatu kulitku. 

Betapa tidak, deringan ponsel sekitar lima belas menit lalu sukses mengagetkanku. Gio yang berbicara di ujung telepon mengatakan bahwa mereka menunggu lima menit untuk segera menuju restoran dekat kantor. Seperti tak ada pilihan lain selain mengikuti ucapan mereka ini. 

Padahal aku sudah dirumah. Apalagi ditambah dengan rayuan gilanya si Gio sialan ini, betapa aku bisa membayangkan wajah memelasnya. Sungguh sangat menyebalkan. Kulaju kencangkan mobil sedan hitamku menembus kegelapan malam.

Untung jalanan agak sepi, jadi tak ada kendala yang berarti. 

Sekitar sepuluh menit lebih, aku sudah berada di depan sebuah Restoran bergaya modern mewah nan klasik. Segera aku melenggang masuk ke Restoran berlantai dua itu, latai satu layaknya restoran biasa dengan kursi dan meja di seluruh ruangan. Di sudut ruangan, tersedia meja dengan sofa bukan kursi. Lantai dua adalah untuk pelanggan VVIP karena di bagi menjadi beberapa ruangan khusus untuk pertemuan, maupun untuk perayaaan sesuatu. Aku mencari tangga untuk ke lantai dua dan sedikit berlari menaikinya. Karena restoran ini tidak menyediakan lift. 

Hufft..

Langkahku tergesa-gesa mencari ruangan yang dimaksud Gio. Setelah kutemukan ruangan tersebut, aku masuk dan melihat mereka sudah duduk di tempat masing-masing. Rupanya Gio memesan sebuah ruangan khusus. 

Privat sekali. 

Hanya ada kami saja di ruangan itu. Ruangannya tidak begitu luas kira-kira berukuran tiga kali tiga meter. Tapi nyaman sekali. Ada meja besar terletak ditengah ruangan. dengan lapik anyam di gelar disetiap sisi-sisi meja. Di atas meja sudah terhidang berbagai jenis makanan. Mewah tapi klasik dan tradisional.

"Ini kan udah jadi tradisi bro, kita wajib merayakan ulang tahun kalau memasuki umur segitu. Lha gua kan kemaren juga keles haha" celetuk Gio dengan nada menggoda.

Dasar gendoruwo!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun