Mohon tunggu...
Iis Daniar
Iis Daniar Mohon Tunggu... Dosen - Iis Nia Daniar

Pengajar

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Motor Setan (Bagian 2)

4 Desember 2017   12:56 Diperbarui: 4 Desember 2017   13:08 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

"Baik, Ki," Romdhon segera berlari dan kembali membawa mangkuk kecil berisi cairan merah.

Ki Sukma mengambil mangkuk itu. Ia segera menyiramkan seluruh badan motor dan lantai sekitar motor dengan darah tersebut. Romdhon terus merapalkan mantra mengikuti Ki Sukma. Romdhon berputar-putar mengelilingi motor sembari tak henti-henti memerikan air dalam bejana kuning, sedangkan Ki Kusuma duduk bersila dengan kedua tangan disilangkan ke dada. Hal itu berlangsung 2 jam lamanya.

Suasana kembali tenang. Ki Sukma duduk bersama Romdhon di serambi belakang sambil menghisap rokok ktretek dan menyeruput kopi hitam buatan Romdhon. Ki Sukma menatap kosong kepulan asap rokok yang ia mainkan untuk beberapa saat.

"Ki, mohon maaf, apa tidak sebaiknya motor Den Bagus dikremasi agar tidak ada korban lagi," Romdhon memulai pembicaraan.

Ki Sukma masih asyik dengan asap-asapnya. Dia hanya sekali melirik pada Romdhon. Diteguknya kopi yang hampir dingin dan dibiarkannya Romdhon menunggu jawaban sambil menikmati cuitan burung- burung dalam sangkar miliknya.

"Ini sudah tahun ketiga Den Bagus pergi dan motor itu sudah mengambil 30 nyawa. Ki Sukma harus bertindak. Jangan sampai motor itu kembali menimbulkan malapetaka bagi orang lain. Lagi pula ...,"

"Kenapa kau cerewet sekali, Dhon?" Ki Sukma memotong kalimat.

Romdhon tertunduk dan diseruputnya kopi yang dia pegang cangkirnya sejak awal pembicaraan. Keningnya mengkerut, tampak jelas Romdhon sedang berpikir, kalimat apa yang tepat ia sampaikan pada Ki Sukma agar motor itu bisa dimusnahkan. Sebenarnya Romdhon sangat takut jika ia sampai terbawa-bawa pada kasus motor "setan" itu. Ia sangat khawatir kalau harus mendekam dalam jeruji besi karena terlibat dalam "pembunuhan" berantai yang tidak nyata.

Motor itu sudah mengembara mencari korban selama 3 tahun sejak Den Bagus dinyatakan tewas dalam kecelakaan tunggal yang masih menyimpan misteri. Den Bagus ditemukan terkapar di perkuburan daerah Jatiwarna setelah menabrak tembok pembatas makam. Namun, di leher Bagus nyata sekali bekas cekikan dengan luka pada bagian depan leher seperti bekas kuku-kuku yang menancap. Polisi tidak bisa mengungkap kematian Bagus. Akhirnya kasusnya dibiarkan begitu saja.

Motor dalam keadaan parah dibawa pulang Ki Sukma yang sangat terpukul karena kematian anak semata wayangnya. Ki Sukma yakin anaknya, Bagus telah menjadi korban pembunuhan, tetapi ia sendiri tidak tahu pelaku dan motifnya. Ki Sukma dengan segala kemampuannya berusaha "menghidupkan" motor Bagus dengan bantuan para perewangan yang setia menjadi abdinya sejak muda dulu.

Dendamnya pada pembunuh anaknya sangat dahsyat hingga ia nekad mengisi ruh pada motor yang sudah diperbaiki itu agar bisa mencari pembunuh Bagus. Sejak diisi ruh, motor tersebut menjadi lepas kendali dan hilang entah ke mana. Ki Sukma hanya mendengar puluhan kecelakaan yang melibatkan motor tersebut. Sampai akhirnya ia melihat dengan mata kepala sendiri kecelakaan maut di jalan Jatiasih. Lelaki yang turun dari avanza hitam itulah Ki Sukma. Dia baru melihat dampak dari motor ber-ruh ciptaannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun