Mohon tunggu...
Iip  Syarip Hidayat
Iip Syarip Hidayat Mohon Tunggu... Guru - Teacher, Blogger, Enterprenuer, Konten Kretor dan penulis

email :iipsyarip1@gmail.com Fb. Iip Syarip Hidayat Telp. 085524657568

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Komunikasi Edukatif dalam Kajian Pedagogik Profetik

19 Desember 2019   19:05 Diperbarui: 19 Desember 2019   19:38 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ABSTRACT

Komunikasi menjadi suatu kegiatan yang sangat penting dan tidak dapat dijauhkan dari kehidupan manusia. Pada hakekatnya semua mahluk yang diciptakan oleh Allah SWT mampu berkomunikasi dengan caranya masing-masing.

Komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian makna dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui media tertentu. Berkaitan dengan komunikasi penulis menyajikan pembahasan berkaitan dengan komunikasi yaitu komunikasi edukatif.

Komunikasi edukatif adalah proses perjalanan pesan atau informasi yang merambah bidang atau peristiwa-peristiwa pendidikan. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang komunkikasi edukatif menjadi kajian dalam pedagogik profetik dan untuk mengetahui gambaran tentang bagaimana komuniaksi edukatif dibangun berdasarkan dalam perspektif Al quran dan implementasinya dalam pembelajaran. 

Berangkat dari rumusan masalah bagaiman komunkikasi edukatif menjadi kajian dalam pedagogik profetik dan bagaimana komuniaksi edukatif dibangun berdasarkan perspektif Al quran dan implementasinya dalam pembelajaran. melalui beberapa kajian pustaka, komunkikasi edukatif menjadi kajian dalam pedagogik profetik.

Kemampuan berkomunikasi dengan baik dan efektif menjadi salah satu syarat bagi pendidik untuk memiliki dan melaksanakannya. Komunikasi edukatif yang dibangun berdasarkan sikap yang tulus dan ikhlas menunjukkan adanya usaha yang secara tidak langsung bersifat membina dan melatih baik diri sendiri ataupun orang lain.

Komuniaksi edukatif yang diimplementasikan dalam pembelajaran berdampak positif dan memberikan pengaruh yang baik terhadap para pembelajar. 

Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilannyang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan agama (UUSPN no.20 tahun 2003, bab 1 ayat 1).

Kecenderungan manusia untuk berhubungan akan selalu melahirkan komunikasi dua arah melalui bahasa yang mengandung tindakan dan perbuatan. Karena ada aksi dan reaksi, maka dalam kehidupan semacam inilah interaksipun terjadi. Karena itu interaksi akan terjadi bila ada hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih.

Dengan demikian kegiatan hidup manusia akan selalu dibarengi dengan proses interaksi atau komunikasi, baik interaksi dengan alam lingkungan, interaksi dengan sesamanya, maupun interaksi dengan Tuhannya, baik itu disengaja maupun tidak disengaja.

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.

Salahsatu dari empat kompetensi yang harus dikuasai oleh guru adalah kompetensi sosial.  Artinya seorang guru harus bisa berkomunikasi dengan baik. Antara guru dengan peserta  didik, sesama guru, dan masyarkat.

Banyak peserta didik yang  yang belum mempunyai kemampuan komukiasi secara efektif dengan lingkungan disekitanya. Baik dalam keluarga, teman dan atau dengan guru.

Sebagai seorang pendidik dala hal ini adalah pedagog Profetik  menjadi sebuah penting untuk bahas bagaimana membangun komunikasi secara edukatif. Sehingga akan menambah pengetahuan bagaimana cara membangun komunkasi secara edukatif yang tentunya sesuai ajaran Nabi dan Rosul.

Sedangkan bicara dan membahas masalah interaksi edukatif, maka sudah banyak pakar pendidikan baik muslim maupun non muslim yang membahas konsep dan formula hal tersebut.

Tapi kita sebagai orang yang beragama Islam, dimana Islam itu sendiri mempunyai Al-Qur'an sebagai sumber utama pedoman dan landasan hidup manusia secara umum dan hususnya umat Islam dalam semua aspeknya, baik aspek hukum, sosial, budaya, spiritual dan pendidikan.

Oleh karena itu penulis mencoba mengkaji Al-Qur'an dari kisah- kisah yang ada di dalamnya dengan mengambil model interaksi pendidikan yang diterapkan dalam perjalan kisah didik-mendidik orang yang diceritakan dalam Al-Qur'an.

Selain itu juga 'postulat' yang menjadi landasan kajiannya, yakni Al-Qur'an yang di dalamnya mempunyai kandungan kontekstual yang perlu dikaji rahasianya. Al-Qur'an bukan menjadi sesuatu yang pasif tetapi yang pasif adalah yang tidak menkajinya.

Interaksi pendidikan dalam al-Qur'an diformulasikan dari muatan materi   yang diajarkan oleh masing-masing pelaku pendidikan dalam interaksinya dengan anak didiknya.

Setidaknya, dari khazanah yang dipaparkan melalui contoh interaksi pendidikan yang dilakukan oleh para pendahulu kita dalam Al-Qur'an menjadi suri tauladan bagi pendidik dan anak didiknya itu sendiri. Karena pendidikan itu sendiri telah berusaha membantu hakikat manusia untuk meraih kedewasaannya, yakni menjadi manusia yang memiliki integritas emosi, intelek, dan perbuatan.

Relevansinya, landasan filosofis pendidikan anak yang digali dari sumber Islam, utamanya al-Qur'an menjadi konstribusi dalam interaksi pendidikan. Itu memberikan pencerahan melalui pemberdayaan spiritual peserta didik dan juga moralitasnya, baik personal maupun sosial. Yang lebih penting adalah membentuk anak didik menjadi insan kamil.

PEMBAHASAN 

Pengertian Komunikasi

kata "komunikasi" berasal dari kata Latin cum, yaitu kata depan yang berarti dengan dan bersama dengan, dan unus, yaitu kata bilangan yang berarti satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata benda communio yang dalam bahasa Inggris menjadi communion berarti kebersamaan, persatuan, gabungan, pergaulan, hubungan.

Untuk ber-communio diperlukan usaha dan kerja. Dari kata itu dibuat kata kerja communicare yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang, memberikan sebagian kepada seseorang, tukar menukar, membicarakan sesuatu dengan seseorang, memberitahukan sesuatu kepada seseorang, bercakap-cakap, bertukar pikiran, berhubungan, berteman.

Kata kerja communicare itu pada akhirnya dijadikan kata benda communication, atau bahasa Inggris communication, dan dalam bahasa Indonesia diserap menjadi komunikasi. Berdasarkan berbagai arti kata communicare yang menjadi asal kata komunikasi, secara harfiah komunkasi berarti pemberitahuan, pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran, atau hubungan (Naim, 2017:18).

Hardjana (Naim, 2017:18) mengemukakan bahwa komunikasi dapat didefinisikan sebagai proses penyampaian makna dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui media tertentu.

Sementara itu, Berlo (Afroni dan Triana, 2018:161) menyatakan bahwa komunikasi adalah proses mengirimkan, menerima, dan memahami gagasan dan perasaan dalam bentuk pesan verbal atau non verbal secara disengaja maupun tidak disenagaja.

Inti dari pengertian tersebut adalah bahwa didalam komunikasi terdapat suatu proses atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang yang berusaha menyampaikan maksudnya kepada orang lain, dalam hal ini yang disampaikan adalah pesan yang bermakna.

Effendi (Naim, 2017:18) mengemukakan bahwa dalam bahasa komunikasi, pernyataan disebut sebagai pesan (message). Orang yang menyampaikan pesan disebut sebagai komunikator (communicator). Sedangkan, orang yang menerima pernyataan disebut komunikan (communicatee).

Tegasnya, komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Gary Cronkhite (Naim, 2017:19) merumuskan empat asumsi pokok komunikasi yang dapat membantu memahami komunikasi: Komunikasi adalah suatu proses (communication is a process).

Komunikasi adalah pertukaran pesan (communication is a transactive). Komunikasi adalah interaksi yang bersifat multidimensi (communication is multi-dimensional). Komunikasi adalah interaksi yang mempunyai tujuan-tujuan atau masksud-maksud ganda (communication is multipurposeful).

Dari pengertian-pengertian dan asumsi-asumsi yang telah disampaikan, maka sampailah pada makna dari koumunikasi itu sendiri. Naim (2017:18) mengemukakan bahwa makna komunikasi dapat dibedakan berdasarkan:

Komunikasi sebagai proses sosial.

Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat empat penelitian oleh empat orang ahli komunikasi yang diberi julukan sebagai empat orang pendiri Ilmu Komunikasi (The Four Founding Father of Communication Science), diantaranya:

Harold D. Laswell. Dia menelaah masalah-masalah identifikasi simbol dan imej yang bertolak belakang dengan realitas/efek pada opini publik (public opinion). Telahnya itu berkaitan dengan efek-efek teknis propaganda pada Perang Dunia tahun 1927. Telaah Laswell tersebut menggunakan teknik penelitian analisis isi (content analysis).

Kurt Lewin. Dia menelaah fungsi-fungsi komunikasi pada kelompok sosial informal. Dalam hal ini, Lewin menelaah tipe-tipe penjaga informasi (gatekeepr) yang dilakukan oleh pemimpin-pemimpin autokratik, demokratik. Lewin juga meneliti individu-individu yang ada pada kelompok penekan dan individu-individu yang berada pada kelompoknya (members group).

Carl Hovland. Dia meneliti kredibiliats sumber hubungannya dengan efek persuasi (perubahan sikap). Hovland inilah yang memperkenalkan penelitian-penelitian eksperimental dalam komunikasi masa.

Paul F. Lazersfeld. Dia mengungkapkan hubungan antara status sosial ekonomi,  mass media eksposure, dan pengaruh interpersonal atau efek pengetahuan, sikap, dan perubahan perilaku.

Komunikasi sebagai peristiwa.

Konteks analisis ini mempunyai pengertian bahwa komunikasi merupakan suatu gejala yang dipahami dari sudut bagaimana bentuk dan sifat pribadinya. Peristiwai komunikasi, dengan demikian, bisa diklasifikasikan berdasarkan kriteria tertentu. Ada yang membedakan komuikasi massa dengan komunikasi tatap muka; komunikasi verbal dan non-verbal; komunikasi bermedai dan non-bermedia; dan banyak lagi.

Di samping itu, komunikasi bisa dibedakan berdasarkan lokasi atau kawasan, seperti komunikasi internasional, komunikasi nasional, dan komunikasi regional. Tercakup didalamnya komunikasi lintas budaya, yaitu komunikasi yang berlangsung antara masyarakat yang mempunyai kebudayaan yang berbeda.

Pembagian lain berdasarkan tujuan dan jenis pesan. Dalam hal ini, komunikasi dapat dibedakan dalam banyak jenis: komunikasi politik, komunikasi perdagangan, komunikasi kesehatan, komunikasi agama, komunikasi kesenian, komunikasi pertanian, dan komunikasi pembangunan.  

Komunikasi sebagai ilmu.

Struktur ilmu (pengetahuan) mencakup aspek epistemologis, ontologis, dan aksiologis. Epistemologi adalah teori pengetahuan, yaitu membahas bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan. Ontologi adalah teori tentang "ada", yaitu tentang apa yang dipikirkan, yang menjadi objek pemikiran.

Sedangkan aksiologi adalah teori tentang nilai yang membahas tentang manfaat, kegunaan, maupun fungsi dari objek yang dipikirkan itu. Oleh karena itu, ketiga subsistem ini biasanya disebutkan secara berurutan , mulai dari ontologi, epistemologi, kemudian aksiologi.

Komunikasi sebagai kiat atau keterampilan.

A.S. Achamd (Naim, 2017:23) menyebut komunikais sebagai technical knowhow. Komunikasi dipandang sebagai kecakapan yang oleh individu dipergunakan untuk melakukan profesi komunikasi. Perkembangan dunia komunikasi di Indonesia menunjukkan gejala yang semakin menjanjikan terhadap profesi yang berkaitan dengan komunikasi. Hal ini menjadi semakin menarik minat masyarakat untuk mempelajari, mendalami, dan akhirnya menjadikan dasar keterampilan untuk pengembangan profesi.  

Dari beberapa pengertian yang diungkapkan oleh para ahli tentang komunikasi, terdapat pengertian lain yang dapat dijadikan sebagai sumber rujukan terutama bagi seorang muslim. Sumber rujukan yang dimaksud adalah Al-qur'an. Dahlan (2014) mengungkapkan bahwa Al-Qur'an memberikan kata kunci yag berhubungan dengan komunikasi. Al-Syaukani, misalnya mengartikan kata kunci al-bayan sebagai kemampuan berkomunikasi. Selain itu, kata kunci yang dipergunakan Al-Qur'an untuk komunikasi ialah al-qaul. Dari al-qaul ini, Jalaluddin Rakhmat menguraikan prinsip qaulan sadidan yakni kemampuan berkata benar atau berkomunikasi dengan baik.

Dahlan (2014) juga mengungkapkan bahwa Al-Qur'an menyebut komunikasi sebagai salah satu fitrah manusia. Dalam QS. Al-Rahman (55) / 1-4yang terjemahannya sebagai berikut:

(tuhan) yang Maha pemurah,

Yang telah mengajarkan Al-Qur'an.

Dia menciptakan manusia.

Mengajarnya pandai berbicara

     

Berikut ini adalah beberapa pengertian dan ayat yang berkaitan dengan komunikasi menurut Al-Qur'an:

Qaulan Baligha ( ) / Perkataan yang membekas pada jiwa

"Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka Qaulan Baligha --perkataan yang berbekas pada jiwa mereka". (QS. An Nisa ayat 63)

 

Qaulan baligha artinya menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah dimengerti, langsung ke pokok masalah (straight to the point), dan tidak berbelit-belit atau bertele-tele. Agar komunikasi tepat sasaran, gaya bicara dan pesan yang disampaikan hendaklah disesuaikan dengan kadar intelektualitas komunikan dan menggunakan bahasa yang dimengerti oleh komunikan.

Qaulan Sadida ( ) / perkataan yang benar, jujur

"Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah dibelakang mereka, yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraannya)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar (qaulan sadida)". (QS. An Nisa ayat 9)

 

Moh. Natsir dalam Fiqhud dakwahnya mengatakan bahwa, Qaulan Sadida adalah perkataan lurus (tidak berbeli-belit), kata yang benar,keluar dari hati yang suci bersih, dan diucapkan dengan cara demikian rupa, sehingga tepat mengenai sasaran yang dituju yakni sehingga panggilan dapat sampai mengetuk pintu akal dan hati mereka yang di hadapi.

 

Qaulan Ma'rufa ( ) / perkataan yang baik

"Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya] dan ucapkanlah Qaulan Ma'rufa --perkataan yang baik." (QS. Al Ahzab ayat 32)

 

Qaulan Ma'rufa bermakna pembicaraan yang bermanfaat dan menimbulkan kebaikan. Dalam beberapa konteks dijelaskan, bahwa qaul ma'ruf adalah perkataan yang baik, yang menancap ke dalam jiwa, sehingga yang diajak bicara tidak merasa dianggap bodoh (safih); perkataan yang mengandung penyesalan ketika tidak bisa memberi atau membantu; Perkataan yang tidak menyakitkan dan yang sudah dikenal sebagai perkataan yang baik

 

Qaulan Karima ( ) / perkataan yang mulia

"Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan jangan engkau membentak keduanya dan ucapkanlah kepada keduanya perktaan yang baik". (QS. Al Isra' ayat 23)

 

Qaulan karimah adalah perkataan yang mulia, dibarengi dengan rasa hormat dan mengagungkan, enak didengar, lemah-lembut, dan bertatakrama.

Qaulan Layyinan ( ) / perkataan yang lembut

"Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun karena benar-benar dia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut". (QS. Thaha ayat 43-44)

 

Qaulan Layina berarti pembicaraan yang lemah-lembut, dengan suara yang enak didengar, dan penuh keramahan, sehingga dapat menyentuh hati maksudnya tidak mengeraskan suara, seperti membentak, meninggikan suara.

Qaulan Maysura ( ) / perkataan yang ringan

"Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhannya yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka Qaulan Maysura --ucapan yang mudah". (QS. Al Isra' ayat 28)

Qaulan maisura artinya perkataan yang mudah diterima, dan ringan, yang pantas, yang tidak berliku-liku.

       Di dalam hadits Nabi juga ditemukan prinsip-prinsip etika komunikasi, bagaimana Rasulullah saw mengajarkan berkomunikasi kepada kita sepertihalnya hadist berikut ini:

: . . ( )

Artinya:

Anas ra berkata: Jika nabi saw mengatakan sesuatu, biasanya mengulanginya tiga kali hingga benar-benar dapat dipahami. Dan apabila mendatangi suatu kaum, biasanya mengucapkan salam kepada mereka, sebanyak tiga kali." (HR: Banhari).

: . ( ) 

Artinya:

Aisyah ra berkata: Perkataan Rasulullah adalah ucapan yang sangat jelas, jika orang lain mendengarnya, pasti dapat memahaminya." (HR:Abu Daud)

Sejarah Perkembangan Komunikasi

Menurut Naim (2017:24) perkembangan komunikasi sebenarnya sejalan dengan kehidupan dan keberadaan manusia. Ada empat titik penentu dalam sejarah komunikasi manusia:

Perolehan (acquisition) bahasa, yaitu pada saat yang sama dengan lahirnya manusia.

Pengembangan seni tulisan berdampingan dengan komunikasi yang berdasarkan pada bicara.

Reproduksi kata-kata tertulis (written words) dengan menggunakan alat pencetak sehingga memungkinkan terwujudnya komunikasi massa yang sebenarnya.

Munculnya komunikasi elektronik, mulai dari telegraf, telepon, radio, televisi, hingga satelit.

Fungsi Komunikasi

Komunikasi yang dilakukan oleh orang tentunya mempunyai fungsi, seperti dinayatakan oleh Onong U. Efenfendi (Oktariana dan Abdullah, 2017:48) bahwa fungsi komunikasi adalah menyampaikan informasi, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi. Didalam dunia pendidikan, tentunya fungsi komunikasi memberikan makna tersendiri yankni mendidik. Hal ini sangat penting sekali bagi para guru untuk memiliki kemampuan komunkasi yang baik untuk mendukung proses kegiatan pembelajaran yang lebih baik. 

      Verdeber (Oktarina dan Abdullah, 2017:46) menyebutkan komunikasi itu memiliki dua fungsi yakni meliputi fungsi sosial dan pengambilan keputusan. Fungsi sosial bertujuan untuk kesenangan, menunjukka ikatan, membangun dan memelihara hubungan dengan orang lain. Pengambilan keputusan adalah berupa memutuskan melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu pada saat tertentu, misalnya apakah dirinya harus kuliah atau bekerja di pagi hari, bagaimana mempersiapkan diri menghadapi ujian di kampus atau tes promosi pekerjaan di kantor. Keputusan yang diambil sesoerang sebagian ditetapkan sendiri, sebagian lagi diputuskan setelah orang itu berkonsultasi/membicarakannya dengan orang lain.

  •       Seorang pakar komunikasi lainnya, Harrold D. Lasswell (Oktarina dan Abdullah, 2017:49) menyatakan bahwa fungsi komunikasi adalah:
  • Penjajakan/pengawasan lingkungan (survilence of the information) yakni penyingkapan ancaman dan kesempatan yang memperngaruhi nilai masyarkat.
  • Menghubungkan bagian-bagian yang terpisahkan dari masyarakat untuk menanggapi lingkungannya atau beradaptasi.
  • Menurunkan warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya, misalnya bagaimana orang tua mengajarkan tatakrama bermasyarakat yang baik kepada anak-anaknya.
  • Tujuan Komunikasi
  • Verdeber (Oktarina dan Abdullah, 2017:47) menyatakan bahwa seseorang melakukan komunikasi sedikitnya memiliki empat tujuan, yakni:
  • Agar apa yang kiita sampaikan itu dapat dimengerti.
  • Memahami orang lain.
  • Agar gagasan kita dapat diterima oleh orang lain. Seseorang harus berusaha agar gagasannya dapat diterima oleh orang lain dengan pndekatan yang persuasif bukan memaksakan kehendak.
  • Menggerakan orang lain untuk melakukan sesuatu. Menggerakan sesuatu itu dapat bermacam-macam, mungkin berupa kegiatan. Kegiatan yang dimaksud disini adalah kegiatan yang lebih banyak mendorong, namun yang penting yang harus diingat adalah bagaimana cara yang baik untuk melakukannya.
  • Jadi secara singkat dapat dikatakan bahwa komunikasi itu bertujuan untuk mengahrapkan pengertian, dukungan, gagasan, dan tindakan.
  • Jenis-jenis Komunikasi
  • Menurut Devito seorang profesor komunikasi (Oktarina dan Abdullah, 2017:54) menyatakan tentang jenis-jenis komunikasi sebagai berikut:
  • Komunikasi dengan diri sendiri (intrapersonal communication), yaitu proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang, berupa pengolahan informasi melalui panca indera dan sistem saraf. Contoh: berpikir, merenung, menggamabr, menulis sesuatu, dalan lain-lain.
  • Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication), yaitu proses komunikasi yang berlangsung dua orang atau lebih secara tatap muka.
  • Komnkasi publik (public communication), yaitu suatu proses komunikasi dimana pesan-pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka di depan khalayak yang lebih besar.
  • Komunikasi massa (Mass Communication), yaitu proses komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat kabar dan film.

  • Komunikasi Pendidikan
  • Signifikansi komunikasi pendidikan menurut Naim (2017:28):
  • Dunia pendidikan membutuhkan sebuah pemahaman yang komprehensif, holistik, mendasar, dan sistematis tentang pemanfaatan komunikasi dalam proses pembelajaran.
  • Komunikasi pendidikan akan menunjukkan arah proses konstruksi sosial atas realitas pendidikan.

  • Secara sederhana, komunikasi pendidikan dapat diartikan sebagai komunikasi yang terjadi dalam suasana
  • pendidikan (Naim, 2017:28). Dengan demikian komunikasi pendidikan adalah proses perjalanan pesan atau informasi yang merambah bidang atau peristiwa-peristiwa pendidikan.
  • Signifikansi komunikasi pendidikan menurut Yusuf (Naim, 2017:28):
  • Kegagalan komunikasi pendidikan atau komunikasi instruksional yang sering terjadi di lapangan, tampaknya lebih banyak disebabkan oleh salah satu unsur dalam komponen terjadinya proses pendidikan dan instruksional, yang dalam pandangan psikologi kognitis disebut sebagai struktur kognisi seseorang, baik dalam kedudukannya sebagai komunikator maupun dalam perannya sebagai komunikan, tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
  • Para guru dan praktisi komunikasi instruksional dilapangan sering tidak memahami beragam pendekatan dalam pelaksanaan instruksionalnya. Mereka sering tidak paham akan daasr-dasar teori belajar yang sudah teruji seacara ilmiah bisa meningkatkan prestasi belajar jika digunakan secara tepat.
  • Aspek-aspek psikologis, seperti kemampuan dan/atau kapasitas kecerdasan yang dimiliki manusia, minat, bakat motivasi, perhatian, sensasi,persepsi, ingatan, retensi, faktor lupa, kemampuan menstransfer, dan berpikir kognitif, sering tidak mendapat perhatian dalam kegiatan komunikasi pendidikan, terutama oleh komunikator instruksional. Akibatnya, hasil proses komunikasinya pun menjadi tidak optimal.
  • Model komunikasi terbuka tampaknya lebih cocok untuk diterapkan dalam kegiatan pendidikan, termasuk didalamnya kegiatan instruksional karena sifatnya yang lebih dapat memberi peluang untuk saling mengontrol keslahan-kesalahan yang mungkin ada, baik bagi komunikator sendiri maupun bagi komunikan belajar (sasaran). Sifat model komunikasi terbuka ini antara lain adaalh dialogis, persuasif, dan edukatif.
  • Dalam pandangan psikologi belajar kognitif, proses komunikasi bisa berjalan lancar dan mempunyai arti yang jelas jika antara informasi yang satu dan informasi yang lain terdapat kaitan atau rangkaian yang terikat dalam struktur kognitif seseorang. Karenanya, belajar adalah proses perubahan dalam struktur kognitif orang yang bersangkutan.   
  • Komunikator pendidikan ata komunikator instruksional jika ingin menjalankan fungsinya denhan sebaik-baiknya, diisyaratkan menggunakan logika berpikir yang sama dengan logika berpikir yang dimiliki oleh pihak komunikan belajar (sasaran). Dengan begitu, pelksanaan instruksionalnya akan berhasil dengan baik.
  • Para komunikator praktisi lapangan sering tidak memanfaatkan sumber-sumber belajar yang tersedia di pusat sumber belajar bersama yang dikelola oleh perpustakaan.
  • Pemanfaatan multimedia instruksional. Para komunikator pendidikan dan instruksional belum banyak yang memanfaatkan meultimedia untuk tujuan instruksional.
  • Pendekatan information literacy dan media literacy dalam setiap praktik instruksional. Siapapun yang bertindak sebagai komunikator instruksional di zaman sekarang, sangat relevan jika menggunakan beragam pendekatan yang melibatkan keterlibatan dan pengetahuan teknologi informasi dan media.

  • Filsafat Komunikasi
  • Pengertian Filsafat Komunikasi
  • Menurut Onong Uchjana Effendy, filsafat komunikasi merupakan suatu disiplin yang menelaah pemahaman (verstehen) secara fundamental, metodologis, sistematis, analitis, kritis, dan holistis dari teori dan proses komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut bidangnya, sifatnya, tatanannya, tujuannya, fungsinya, dan metodenya. Dengan demikian, filsafat komunikasi menelaah pemahaman-pemahaman secara mendalam sebagai terjemahan dari istilah verstehen mengenai teori dan proses komunikasi (Naim, 2017:40). Aspek yang dicoba untuk dipahami adalah pesan yang disampaikan oleh manusia. Oleh karena itu, dalam telaah filsafat komunikasi, aspek mendasar yang seyogianya dipahami terlebih dahulu adalah tentang manusia.
  •      Naim (2017:40) mengemukakan bahwa dalam perkembangannya, pemahaman terhadap manusia telah melahirkan beberapa paham, diantaranya:
  • Materialisme. Paham ini berpandangan bahwa manusia pada prinsipnya hanyalah materi, atau benda: lain tidak.
  • Idealisme. Idealisme berasal dari perkataan eidos, "pikiran". Manusia adalah manusia karena ia berpikir, mempunyai idea, dan sadar akan dirinya. Manusia mungkin saja belum pernah ke bulan, tetapi ia mengerti bulan.
  • Eksistensialisme. Secara bahasa, eksistensialisme berasal dari kata "eks"yang berarti keluar dan "sintensia" yang berarti berdiri. Kalau digabungkan, eksistensia berarti berdiri sebagai diri sendiri dengan keluar dari diri sendiri. Sedangkan yang dimaksudkan dengan eksistensi adalah cara manusia berada di dunia, dan cara ini untuk manusia, tidak untuk yang lainnya. Adanya manusia di dunia berbeda dengan beradanya makhluk yang lainnya.   
  •  
  • Pikiran sebagai isi pesan komunikasi
  • Menurut Naim (2017:44) secara elementer, komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain, atau oleh seorang komunikator kepada komunikan. Isi pesan komunikasi yang utama adalah pikiran. Proses berpikir dapat didefinisikan sebagai kemampuan manusia untuk mencari arti bagi realitas yang muncul dihadapan kesadarannya dalam pengalaman dan pengertian. Pengertian ini bermakna bahwa komunikasi merupakan kemampuan manusia untuk mengutarakan pikirannya kepada orang lain. Fungsi berpikir menyangkut dua aspek yang penting dalam diri manusia, yaitu wissen 'mengetahui' dan verstehen 'mengerti/memahami'.
  •      Dalam kehidupannya, manusia sebagai mahluk sosial berpikir mengenai bentuk realitas sosial. Proses berpikir ini berlangsung dalam bentuk-bentuk sebagai berikut  (Naim, 2017:44):
  • Secara horizontal atau sensitivio-rasional, yaitu berpikir mengenai suatu realitas dengan dilandasi pengalaman sebagai rekaman dan penginderaan selima hidupnya, rekaman dari fungsinya sebagai komunikan dalam setiap proses komunikasi yang melibatkan dirinya.
  • Secara vertikal/berpikir metarasional. Manusia tidak puas hanya dengan sekadar mengetahui (wissen), tetapi juga ingin memahaminya secara mendalam. Dalam kondisi ini, manusia tidak lagi memandang suatu realitas sosial dengan indera mata, tetapi dengan mata batiniah yang terdapat di seberang realita (beyond reality), secara metafisik.     
  • Berpikir memecahkan masalah. Manusia mulai berpikir pada waktu ia mencoba mengenaluntuk kemudian menguasai suatu situasi. Tingkatan ini merupakan suatu kelanjutan dari cara berpikir deduktif dan induktif. Prosesnya secara kronologis dimulai dari analysis, sysnthesis, evaluation, dan selection.
  • Berpikir kausatif (causative thinking). Manusia tidak perlu menunggu berhadapan dengan sebuah persoalan yang rumit jika ia mau menggambarkan situasi yang akan dihadapinya. Titik berat causative thinking ialah membentuk peristiwa mendatang dan prestasi daripada menunggu nasib yang akan menimpa.
  • Berpikir kreatif (creative thinking). Ini merupakan suatu tingkatan berpikir yang tinggi berupa kesanggupan seseorang untuk menciptakan ide baru yang berfaedah. Kunci berpikir ini adalah keseimbangan antara sains dan imajinasi yang tepat.
  • Berpikir filsafati. Kegiatan filsafati merupakan kegiatan perenungan, yaitu suatu jenis pemikiran yang meliputi kegiatan meragukan segala sesuatu, mengajukan pertanyaan, menghubungkan gagasan yang satu dengan yang lainnya, menanyakan mengapa, dan mencari jawaban yang lebih baik daripada jawaban pada padangan pertama.
  • Implementasi dalam pembelajaran
  • Komunikasi edukatif merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi para pendidik.terlebih lagi kemampuan berkomunikasi menjadi salah satu dari kemampuan yang harus dikuasai dalam aspek pedagogi. Komunikasi yang efektif dan bermakna menjadi sebuah kemampuan yang harus dikuasai oleh setiap pendidik. Naim (2017:46) mengemukakan tentang Lima hukum komunikasi efektif (The 5 Inevitable Laws of Effective Communication) yang terangkum dalam kata REACH yang bermakna merengkuh atau meraih.
  •  
  • Respect. Komunikasi yang efektif harus dibangun dari sikap menghargai terhadap setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang disampaikan. Guru harus memperlakukan siswa sebagai manusia yang memiliki hati dan perasaan untuk dihormati dan dihargai. Dengan kata lain, guru harus memperlakukan siswa sebagai subjek belajar sehingga lahir sinergi antara guru dan siswa dalam meraih tujuan bersama melalui proses pembelajaran.    
  • Emphaty. Empati adalah kemampuan seseorang dalam menempatkan dirinya sesuai dengan situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati dalah kemampuan untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Di dalam proses pembelajaran, sebelum guru mengirimkan pesan atau menyampaikan materi pelajaran kepada para siswa, guru harus mengerti dan memahami dengan empati terhadap calon penerima pesan (siswa) sehingga pesan tersebut akan sampai tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari penerima. 
  • Audible. Makna audible antara lain adalah dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Pesan yang disampaikan dapat diterima oleh penerima. Hukum ini mengacu pada kemampuan menggunakan berbagai media maupun perlengkapan bantu audio visual yang akan membantu agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Kemampuan memanfaatkan dan menggunakan media merupakan sutau kelebihan tersendiri dalam menunjang kesuksesan pembelajaran, seperti komputer, LCD, dan lain-lainnya.
  • Clarity. Selain pesan harus dapat dimengerti dengan baik, kejelasan pesan juga harus mendapatkan perhatian sehingga tidak menimbulkan multi-interpretasi. Dalam melakukan komunikasi, perlu dikembangkan sikap terbuka sehingga dapat menimbulkan rasa percaya dari penerima pesan. Di dalam proses pembelajaran, keterbukaan guru terhdap siswa merupakan bentuk sikap yang positif.
  • Humble. Sikap rendah hati, sikap ini pada intinya antara lain adalah sikap penuh melayani (customer first attitude), sikap menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong, tidak memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut, penuh pengendalian diri, dan mengutamakan kepentingan yang lebih besar.

  • KESIMPULAN
  • Kesimpulan
  • Komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian makna dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui media tertentu. Didalam komunikasi terdapat suatu proses atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang yang berusaha menyampaikan maksudnya kepada orang lain, dalam hal ini yang disampaikan adalah pesan yang bermakna.
  • Setiap pendidik diharuskan memiliki kemampuan berkomunikasi edukatif yang efektif. Komunikasi edukatif merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi para pendidik. Terlebih lagi kemampuan berkomunikasi menjadi salah satu dari kemampuan yang harus dikuasai dari aspek pedagogi. Komunikasi yang efektif dan bermakna menjadi sebuah kemampuan yang harus dikuasai oleh setiap pendidik. Lima hukum komunikasi efektif (The 5 Inevitable Laws of Effective Communication) dapat menjadi acuan untuk dapat berkomunikasi dengan efektif: komunikasi yang dibangun dari sikap menghargai, komunikasi yang dibangun dengan menempatkan dirinya sesuai dengan situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain, sikap mau mendengarkan atau mengerti dengan baik. Kejelasan pesan harus mendapatkan perhatian sehingga tidak menimbulkan multi-interpretasi. Sikap rendah hati, yakni sikap penuh melayani, mendengar dan menerima kritik yang membangun.
  •  
  • Implikasi
  • Komunkikasi edukatif menjadi kajian dalam pedagogik profetik. Kemampuan berkomunikasi dengan baik dan efektif menjadi salah satu syarat bagi pendidik untuk memiliki dan melaksanakannya. Komunikasi edukatif yang dibangun berdasarkan sikap yang tulus dan ikhlas menunjukkan adanya usaha yang secara tidak langsung bersifat membina dan melatih baik diri sendiri ataupun orang lain. Komuniaksi edukatif yang diimplementasikan dalam pembelajaran berdampak positif dan memberikan pengaruh yang baik terhadap para pembelajar.
  •  
  • Rekomendasi
  • Pembahasan mengenai komunikasi edukatif dalam tulisan masih memerlukan kajian yang lebih dalam lagi. Oleh karena itu, penulis berharap ada penulis-penulis lain yang dapat mengambil topik atau permasalahan yang serupa dan mengkaji lebih dalam sehingga menemukan hal-baru yang berguna bagi kehidupan manusia, khususnya dibidang pendidikan.
  •  
  • DAFTAR PUSTAKA

Afroni, S dan Triana R (2018) Komunikasi Pembelajaran Berbasis Al-Qur'an. Edukasi Islmi: Jurnal Pendidikan Islam, Vol: 07 No.02 DOI: 10.30868/ei.v7i2.264.03-09-2018.

Naim, Ngainun (2017) Dasar-Dasar Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Ar Ruzz Media.  

Oktariana Y. & Abdullah Y. (2017) Komunikasi dalam Perspektif Teori dan Praktik. Yogyakarta: CV Budi Utama.

Zainuddin Hamidy & Fachruddin Hs, Tafsir Al-Quran, Cet. Ke-VII, Jakarta: Widjaya: 1979.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun