Mohon tunggu...
iin nuraeni
iin nuraeni Mohon Tunggu... Guru - seorang ibu yang menyukai anak-anak, suka menulis, dan ingin terus belajar.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

1.4.a.6 Demonstrasi Kontekstual Modul 1.4 Budaya Positif

15 Oktober 2023   09:56 Diperbarui: 15 Oktober 2023   09:57 7451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

1.4.a.6 DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.4

Salam dan bahagia Bapak Ibu Guru Calon Guru Penggerak

Fasilitator: Ibu Yhanik Prihatini

Pengajar Praktik: Bapak Abdul Rokhman

Saya Iin Nuraeni calon guru penggerak angkatan 9 Kabupaten Pasuruan. Artikel ini adalah praktik penerapan segitiga restitusi untuk menyelesaikan permasalahan siswa di sekolah saya.

Sebagai informasi segitiga restitusi adalah suatu proses dialog yang dijalankan guru dengan rekan sejawat bahkan dengan orang tua dapat menghasilkan murid yang mandiri dan bertanggung jawab. 

Terdapat 3 tahapan segitiga restitusi yaitu: 

1. Menstabilkan identitas 

2. validasi tindakan yang salah  

3. Menanyakan keyakinan.

Pada tahap menstabilkan identitas dilakukan berdasarkan prinsip membuat kesalahan adalah bagian dari proses pembelajaran yang nantinya akan menggeser identitas gagal ke identitas sukses. 

Selanjutnya tahap validasi tindakan yang salah dilakukan dengan berdasarkan prinsip setiap perilaku berupaya memenuhi suatu kebutuhan tertentu, Guru akan bergeser dari pemikiran stimulus respon menjadi proaktif sehingga dengan mengenali dan mengakui kebutuhan murid akan memperbaiki hubungan dengan murid.

Tahap terakhir adalah menanyakan keyakinan, pada tahap ini murid akan diberi pertanyaan-pertanyaan bermakna untuk memunculkan motivasi secara intrinsik sehingga mampu mengaitkan keyakinannya dengan tindakan yang salah.

Kasus 1. Benci dengan pelajaran matematika

Nadda, siswa kelas 6 Sekolah Dasar, dia akan menolak ketika Bu Iin akan mulai pelajaran matematika, walau sebelumnya Bu Iin di awal pembelajaran akan memberikan penawaran dengan beberapa pilihan, yakni mau pelajaran Tema (muatan pelajaran) atau matematika?, ketika anak-anak menjawab matematika, namun Nadda akan berteriak dengan suara sedikit tinggi dengan kata-kata "Aku benci matematika, aku gak mau berhitung, aku pusing kalau menghitung", sambil menggebrak-gebrak meja bahkan dengan diiringi isak tangis walaupun Nadda sering ditertawakan teman-temannya, namun Nadda akan melakukan hal yang sama ketika menghadapi pelajaran matematika.

Bapak dan ibu Guru di kelas sebelumnya pun sudah melakukan konsultasi dengan orang tua, namun sikap Nadda terulang lagi di kelas 6.

Bu Iin mencoba mencari benang merah dari kasus Nadda ini, baik dengan bertanya pada teman dekatnya, bapak Ibu Guru di kelas sebelumnya, dan orang tua.

Langkah Segitiga Restitusi

1.Menstabilkan Identitas

Bu Iin: Selamat pagi Nadda, ibu ingin berbicara denganmu tentang sesuatu yang ibu perhatikan belakangan ini, ibu juga melihat sikapmu yang sangat benci dengan matematika, yang mengakibatkan nilai matematikamu jauh tertinggal dari teman-temanmu, ada apa kalau boleh ibu tahu?.

Nadda: Selamat pagi Bu, ya bu saya mengakui sering marah dan bahkan cenderung berontak, itu karena saya sangat benci dengan pelajaran matematika, saya gak suka menghitung, kepala saya suka pusing kalau melihat angka-angka.

2.Validasi Tindakan yang Salah

Bu iin: Iya, Ibu juga pernah mengalami hal yang sama, ketika ibu masih duduk di sekolah Dasar, namun Ibu segera menyadari akan kesalahan ibu, dan segera memperbaiki diri akan betapa pentingnya matematika dalam kehidupan kita sehari-hari.

Nadda: Saya pusing dan bingung, yang mengakibatkan saya menjadi benci dengan matematika, ditambah dengan gaya penyampaian yang membosankan yang membuat saya semakin bingung dan benci dengan matematika.

3.Menanyakan keyakinan

Bu iin: Ibu paham yang kamu alami Nadda, tapi perlu diingat bahwa pelajaran matematika itu sangat penting, Nadda harus berusaha keras mencintai pelajaran ini, agar tidak tertinggal dan nilaimu akan jauh lebih baik lagi.

Nanti ibu akan berusaha untuk terus meningkatkan model pembelajaran matematika, agar Nadda lebih cepat memahami, dan bila ada kesulitan Nadda bisa bisa bertanya baik langsung, atau melalui aplikasi whatsapp, ibu akan siap membantu.

Nadda: Terima kasih Bu Iin, saya akan berubah lebih mencintai pelajaran matematika, dengan belajar, demi cita-citaku di masa depan.

Bu Iin: Sangat luar biasa akan semangatmu, Bu Iin bangga sama kamu.

Ingat, pendidikan adalah investasi untuk masa depanmu.

Kasus 2. Sakit hati karena bullying. 

Haikal seorang siswa kelas 6, dia sering merasa ketakutan sendiri, sering menyendiri, bahkan sering murung, semangat belajarnya menurun, kehidupan sosialnya pun terganggu. Dia yang besar dan tumbuh dari keluarga yang ekonominya tergolong rendah, ditambah dengan masalah keluarga yang mencuat ke permukaan, yang membuat dia merasa minder di tengah-tengah teman bermainnya.

Kasus ini terungkap ketika Ibu Sari mendapati Haikal yang sedang menangis dan tidak mau menengadahkan wajahnya karena matanya yang sembab. Karena semangat belajarnya yang menurun, menyebabkan nilai yang diperoleh pun menjadi kurang memuaskan, padahal haikal adalah siswa yang berprestasi.

Setelah bertanya dengan beberapa temannya, maka didapatkan informasi, bahwa yang selalu menghina atau bahkan meremehkan Haikal adalah Rafa.

Rafa, adalah seorang siswa yang lahir dari keluarga yang beruntung, baik secara ekonomi maupun kehidupan keluarganya, dia merasa bahwa dia yang terbaik, dan memandang Haikal adalah anak yang tidak beruntung.

Langkah Segitiga Restitusi

1.Menstabilkan tindakan

Ibu Sari: Selamat pagi, Rafa Ibu ingin berbicara denganmu tentang masalah yang telah kita bahas beberapa kali terkait bullying, dan ujaran kebencian.

Rafa: Selamat pagi, Bu Guru. Iya, saya merasa benci dengan Haikal yang keluarganya kekurangan, dan bahkan keluarganya pun tidak harmonis.

2.Validasi tindakan yang salah

Ibu Sari: Ibu sangat paham dengan perasaanmu, pasti kamu sangat bangga dan bahagia dengan kelebihan yang kamu miliki, tapi ibu ingin mengetahui, apa yang membuatmu merasa harus menghina/bullying terhadap Haikal?

Rafa: Saya merasa puas dan bangga ketika melihat Haikal menangis, saya ingin menunjukkan kepada Haikal, kalau hidupku sangat beruntung, sedangkan hidup Haikal tidak beruntung, saya ingin membuat Haikal semakin menderita.

3.Menanyakan keyakinan

Ibu Sari: Ibu mengerti perasaanmu, Rafa. Kehidupan ekonomi keluarga Rafa memang sangat bagus, dan Rafa bisa mencukupi semua kebutuhan Rafa dengan mudah, Rafa memiliki keluarga yang berbahagia dan harmonis, namun apakah Rafa harus merendahkan bahkan menghina kehidupan orang lain yang tidak seberuntung Rafa?

Rafa: Mungkin saya harus banyak belajar dan memiliki sikap empati dan simpati, agar bisa membantu orang lain yang sedang mengalami masalah, atau kehidupannya tidak seberuntung saya.

Ibu Sari: Betul sekali Rafa, ibu sangat setuju bahkan ibu sangat bangga dengan kamu.nah dengan kesadaranmu, ibu ingin kamu bergaul dengan siapapun, tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, bahkan materi.

Rafa: Terima kasih Bu Sari, saya akan berusaha lebih baik, dan akan merubah sikap saya yang kurang terpuji. 

Tanggapan Nadda

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Saya Nadda, saya bersyukur dan sangat senang karena saya sudah bisa menyelesaikan masalah yang ada pada diri saya, yakni tidak suka dengan mata pelajaran matematika, namun kini setelah berdiskusi dan menemukan guru yang tepat buat saya, saya lebih semangat dan siap belajar matematika demi masa depan saya yang lebih baik, terima kasih Bu Iin atas bimbingan dan motivasinya".

Tanggapan Rafa

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, nama saya Rafa, saya sangat bersyukur dan bahagia, karena Ibu Sari telah membuka mata dan hati saya, bahwa semua manusia memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan saya adalah kekurangan yang lain, pun sebaliknya, kini saya ingin berbagi kebahagiaan dan saling menghormati satu dengan yang lain. Terima kasih Ibu Sari.

Salam Bahagia Bapak dan Ibu Guru Penggerak.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun