Pada tahap menstabilkan identitas dilakukan berdasarkan prinsip membuat kesalahan adalah bagian dari proses pembelajaran yang nantinya akan menggeser identitas gagal ke identitas sukses.Â
Selanjutnya tahap validasi tindakan yang salah dilakukan dengan berdasarkan prinsip setiap perilaku berupaya memenuhi suatu kebutuhan tertentu, Guru akan bergeser dari pemikiran stimulus respon menjadi proaktif sehingga dengan mengenali dan mengakui kebutuhan murid akan memperbaiki hubungan dengan murid.
Tahap terakhir adalah menanyakan keyakinan, pada tahap ini murid akan diberi pertanyaan-pertanyaan bermakna untuk memunculkan motivasi secara intrinsik sehingga mampu mengaitkan keyakinannya dengan tindakan yang salah.
Kasus 1. Benci dengan pelajaran matematika
Nadda, siswa kelas 6 Sekolah Dasar, dia akan menolak ketika Bu Iin akan mulai pelajaran matematika, walau sebelumnya Bu Iin di awal pembelajaran akan memberikan penawaran dengan beberapa pilihan, yakni mau pelajaran Tema (muatan pelajaran) atau matematika?, ketika anak-anak menjawab matematika, namun Nadda akan berteriak dengan suara sedikit tinggi dengan kata-kata "Aku benci matematika, aku gak mau berhitung, aku pusing kalau menghitung", sambil menggebrak-gebrak meja bahkan dengan diiringi isak tangis walaupun Nadda sering ditertawakan teman-temannya, namun Nadda akan melakukan hal yang sama ketika menghadapi pelajaran matematika.
Bapak dan ibu Guru di kelas sebelumnya pun sudah melakukan konsultasi dengan orang tua, namun sikap Nadda terulang lagi di kelas 6.
Bu Iin mencoba mencari benang merah dari kasus Nadda ini, baik dengan bertanya pada teman dekatnya, bapak Ibu Guru di kelas sebelumnya, dan orang tua.
Langkah Segitiga Restitusi
1.Menstabilkan Identitas
Bu Iin: Selamat pagi Nadda, ibu ingin berbicara denganmu tentang sesuatu yang ibu perhatikan belakangan ini, ibu juga melihat sikapmu yang sangat benci dengan matematika, yang mengakibatkan nilai matematikamu jauh tertinggal dari teman-temanmu, ada apa kalau boleh ibu tahu?.
Nadda: Selamat pagi Bu, ya bu saya mengakui sering marah dan bahkan cenderung berontak, itu karena saya sangat benci dengan pelajaran matematika, saya gak suka menghitung, kepala saya suka pusing kalau melihat angka-angka.