Tentang Hari Ibu dan Rindu yang Membelenggu
Lirik lagu "WAJIBE ANAK MARANG WONG TUWO
Ngawiti kulo kelawan  bismillah, tur kelawan nyebut alhamdulillah
Sholawat salam dateng Rosulillah, nabi Muhammad ibni Abdillah
Puniko syiir ukoro jowo, wajibe anak marang wong tuwo
Yen pancen siro kepingin bejo, besuk akhirat masuk suargo
Jok pisan-pisan siro nglakoni, barangkang dadi loro atine
Wong Tuwo loro ingkang karone, lan opo mane mareng karone
Yen pancen siro Islam temenan, marang wong tuwo ojo ngelawan
Wani wong tuwo iku larangan, dusone gede mungguh pangeran
Jok ngandalno polahe sugih, banjur embok e gawe haddame
Wes nganggu bondo jarene dewe, polae embok emakku dewe
Anak kang sugih utowo mlarat, terkadang iku jumlahe walat
Wani wong tuwo dusone jahat, ketemu siro besuk akherat
Kulo kok heran lan ugo gawok,yen ono anak wani ing embok
Opo ndak weru payahe embok, mulae meteng wes nyegah lombok
Nyegah panganan seng pedes, sakeng wedine anak dak pantes
Mong Kok yen gede anak e males, turut wong tuo rumongso apes
Dak mangan ngombe barangkang panas, lan nyegah maneh panganan nanas
Mulane kulo mekas, ing wong tuo wedok ayo sing melas.
Pencipta : NN
Terjemahan dari syair diatas adalah :
Kewajiban anak terhadap orang tua
Pertama aku ucapkan bismilah, kemudian membaca alhamdulillah
Sholawat salam kepada Rasulullah, nabi Muhammad putra Abdullah
Ini adalah syair jawa, kewajiban anak terhadap orang tua
Kalau kalian ingin beruntung, besok di akhirat masuk surga
Jangan sampai melakukan hal ini, berbuat yang menyakiti hatinya
Kedua orang tua........apalagi kepada keduanya
Kalau kalian Islam sebenarnya, kepada orang tua jangan melawan
Berani kepada orang tua itu larangan, dosanya besar .....Pangeran
Jangan mengandalkan karena kaya, kemudian orang tua dijadikan pembantu
Sudah menggunakan harta apa katanya, Â karena ibu adalah ibunya sendiri
Anak kaya atau miskin, ...........................................
Berani kepada orang tua dosanya besar, bertemu kamu di akhirat kelak
Saya heran dan .........................ada anak berani kepada orang tua
Apa tidak tahu payahnya ibu, mulai hamil sudah mencegah cabe
Menjauhi makanan yang pedas, takut anaknya tidak pantes.....
....................besar anaknya malas, ikut orang tua merasa apes
Tidak makan minum yang panas, dan mencegah makanan nanas
Maka dari itu saya berpesan, kepada orang tua harus penuh kasih.
Alunan syair yang keluar dari bibir mungil beberapa siswi yang akan mengalunkan syair ini dengan penuh penghayatan, tak terasa air mata menetes ketika mendengar rangkaian lirik yang sangat menyentuh hati, seketika itu pula aku teringat dengan seseorang wanita mulia yang telah melahirkan aku ke dunia ini, entah apa yang harus aku lakukan...
Aku Sarah Amelia, seorang wanita yang sejak kecil ditinggal oleh ibunya, pada awalnya aku tidak tahu, apa aku harus marah dengan keadaan ini, marah kepada Tuhan yang telah memberikan aku takdir yang seperti ini, apakah Aku harus marah dengan ketidak adilan ini, memang pada awalnya aku berprasangka buruk kepada-Nya, bagaimana tidak, aku ditinggalkan oleh ibu, ketika aku sedang sangat membutuhkannya, aku belum mampu berjalan sendiri, aku belum bisa berdiri sendiri, aku belum mampu semuanya.
Hari ibu tinggal menghitung hari saja, seperti biasanya aku hanya bisa melewatinya dengan perasan yang biasa saja, sangat menyakitkan memang.
                       ***
Setelah ibu meninggalkanku selamanya, yang tidak bisa aku terima ketika ayah memutuskan untuk menikah kembali, aku marah, dan aku tidak menerimanya, namun keputusan ada di ayah, beliau memutuskan menikah kembali agar aku ada yang mengurus, walaupun sebelumnya pernah bertanya dan menanyakan keputusan ayah, dan belum sempat kami jawab, ayah sudah membawa ke keluarga kami seorang wanita, yang sebelumnya belum pernah kami kenal.
Sore ini, hujan turun dengan derasnya, ketika mobil ayah memasuki halaman rumah kami.
Setelah mobil berhenti di garasi, dan semua penumpang sudah turun, aku melihat sesosok wanita yang belum pernah aku lihat sebelumnya., dan ayah segera memperkenalkan wanita itu.
"Ade, ini Ibu Dita, calon pengganti ibunya Ade" sambil memperkenalkan ibu.
"Ade, bisa memanggil Ibu, Bunda, atau mama, sesuka ade" lanjut ayah
Apakah aku menerima atau menolaknya, aku sendiri juga tidak tahu, kembali aktivitasku bersama Bi Oyok, yang mengasuhku sejak kecil.
Dengan berjalannya waktu, maka lahirlah dua adik dari Ibu Dita, ibu tiriku, dan inipun aku tak tahu, apakah aku bahagia?
Aku sering mendengar sebuah lagu yang menceritakan tentang kekejaman ibu tiri, yang hanya mencintai ayahku saja, memang benar adanya bukan? Itu yang aku rasakan dan alami, menyedihkan memang, namun aku pun berpikir dan berharap semoga sahabat yang luar sana, tidak mengalami seperti yang aku alami.
"Bi, apakah benar semua ibu tiri itu jahat?" pertanyaan ini yang aku lontarkan ke Bi Oyok pengasuhku.
"Tidak semua Non, dan Ibu Non ini juga sangat baik sama Non, apalagi Non selalu bersikap baik dan sopan, mungkin Ibu Non, masih capek  karena harus mengasuh dua adik Non" nasehat Bi Oyok.
Ayah menjadi lebih sibuk dari biasanya, karena kehadiran dua adikku, dan aku pun berusaha menjaga atau mengajaknya bermain, walau ibu sering menghardikku, dan bahkan memarahiku, walaupun aku sudah berusaha lebih hati-hati menjaga adik.
Sepuluh tahun sudah aku bersama ayah dan Ibu Tiriku dan kedua adikku, sampai akhirnya aku melanjutkan kuliah di kota B.
Dengan dorongan dari Ayah dan Bi Oyok, akhirnya aku memutuskan menyelesaikan kuliah.
Aku sering melihat ibu mengambil uang ayah tanpa izin, aku sering ibu memberi uang untuk orang tuanya tanpa izin, ingin rasanya aku memberitahukan kepada ayah, pernah aku mencobanya, namun ayah tidak percaya kepadaku.
Aku tak ingin membantah karena aku takut akan dosa.
Syair lagu itu kembali terngiang di telingaku, kembali anganku menerawang jauh ke masa lalu, membayangkan bagaimana bahagianya jika aku memiliki ibu sampai kini, disaat aku sangat membutuhkan beliau, namun takdir Allah berbeda dengan anganku, dan belajar menerimanya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.
Apakah mungkin tujuan dari Allah memanggil Ibu terlebih dahulu, agar aku menjadi wanita yang kuat dan dewasa, yang tidak membebani ibunya...
Syair itu kembali terngiang, dengan isi syair yang menyayat hati, air mata pun kembali menetes.
Perjalanan hidup yang penuh ujian membuatku menjadi wanita yang kuat, terima kasih Ya Allah, Engkau yang selalu menemani hari-hariku, Kau yang membuatku menjadi kuat dan tabah, dan ujian kembali hadir, ketika ayah kembali ke Sang Pemilik, aku tidak tahu apakah aku bersedih, atau bahkan bahagia, karena ayah sudah tidak lagi dipusingkan oleh ulah Ibu Tiriku, aku tak tahu.
Suatu hari, ayah meninggalkanku dan kembali ke Sang Pemilik abadi, dan aku pun tidak tau tentang rasa yang ada dalam hati ini. Ayah yang tak pernah dekat denganku, ya hanya sekedarnya saja, ayah terlalu sibuk dengan pekerjaan dan keluarga barunya. ingin rasanya aku peluk ayah, aku butuh kehangatan dan perhatian seorang ayah, namun itu hanya anganku belaka, kembali aku menghibur dan membesarkan jiwaku.
Belum seribu hari ayah kembali ke sang Pemilik, Ibu tiriku kembali menikah dan membawa suaminya ke rumah ayah, dan aku tidak tahu apa yang harus aku katakan, sedangkan pembagian harta waris dan harta gono-gini pun belum dilakukan, walaupun aku tahu Ibu tidak bekerja.
Hari ibu tinggal menghitung hari, entah aku harus mengucapkan pada siapa? Hadiah terbaik pun tidak tahu harus aku berikan pada siapa?
Syair itu kembali terngiang di telingaku, bait demi bait aku resapi dengan penuh perasaan, apakah mungkin Allah memanggil bunda karena ingin membebaskan aku dari dosa-dosaku seperti yang diungkapkan dalam syair itu? Apakah dengan syair itu, aku akan jauh lebih menghargaimu, lebih banyak mendoakanmu, dan lebih besar rinduku untuk bertemu dengan denganmu di surga nya Allah yang memiliki keabadian?
Tetesan air mata kini semakin membuncah membelah sepinya malam, aku bersyukur dengan takdir yang Allah berikan, semoga banyak hikmah yang bisa aku dapatkan, dan aku bisa melewatinya dengan penuh kesabaran, keimanan, dan tetap dalam koridor Islam.
Selamat hari Ibu 'Terima kasih telah bertaruh nyawa untuk melahirkanku ke dunia ini, meski aku tak sempat melihat senyummu selama hidup ini. Tapi aku bersyukur memiliki wanita hebat sepertimu, Bu. Selamat Hari Ibu, wanita terbaik di dunia ini'
Dengan perasaan sedih dan kecewa, tidak bisa ikut event semangat ibuku tak lekang era hemm....
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H