Tuhan wajah anggun itu berkata dengan sopan dan lembut, niatku sebelumnya untuk menegur dia, Aku urungkan, Aku tak tega melihat kelembutan dan kepolosan wajahnya.
"Maafkan saya, Bu!" sambil Aku ulurkan tanganku sebagai pembuktian permohonan maaf. Aku mengajaknya duduk di lobi.
Aku memang sengaja mengajaknya duduk sambil berkenalan, Tuhan, Dia adalah istrinya Pak Arnold, Dia bercerita kalau beberapa bulan ini hubungannya sedang tidak baik-baik saja, karena ada wanita lain dalam kehidupan pernikahannya, dia sangat bersedih, bahkan ketika dia bercerita, mata yang bening itu diselimuti airmata yang siap tumpah ruah, namun dia mampu menahannya dengan menarik nafas dalam, Dia istimewa, bisa menapaki perjalanan pernikahan dengan memiliki pasangan yang sudah menghianati perjanjian suci sebuah pernikahan, dan wanita yang telah merusak jalinan cinta kasih yang suci itu, adalah Aku.
 Aku tak tega untuk bercerita tentang hubunganku dengan Pak Arnold, Aku tak mau menyakiti sesama wanita, Aku wanita yang masih waras, Aku enggak mungkin mengambilnya, Aku tak akan merebut cintanya, biarlah hatiku sakit dan bahkan sakit berdarah-darah, Aku genggam tangannya, Aku ucapkan selamat atas kehamilannya, dia wanita lembut yang baru Aku lihat selama ini, berjiwa besar, dengan mau memaafkan kesalahan suaminya, yang tergoda wanita lain. Aku menyesal telah mengenal Pak Arnold, Aku menyesal mengapa Aku begitu jahat, walau Aku sendiri tak mengetahui siapa sebenarnya Pak Arnold itu.
Aku menyesal telah mengenalmu, namun aku menemukan pelajaran berharga, bahwa mencintai seseorang itu tidak pernah salah, hanya saja kita memberikan cinta itu pada orang yang salah, seseorang yang belum kita kenal baik, dan Aku akan menunggu orang yang tepat yang mampu bergandengan tangan dalam bahtera cinta tanpa ada dusta, dan Aku akan menunggu sampai bahtera ini bersandar di dermaga bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H