"Pagi Pak Arnold" sapaku dengan suara seolah tak ada hubungan apa-apa.
Sontak Pak Arnold terperangah kaget dengan sapaanku, dan dia sedang menggandeng tangan wanita itu, seketika Dia melepaskan pegangannya, Aku tahu dia gugup dan kaget, bisa Aku lihat dari raut wajahnya yang putih menjadi kemerahan.
"Pagi juga Bu Nadia" sapanya sambil memanggilku ibu, panggilan yang enggak pernah keluar dari bibirnya.
"Saya duluan ya, Pak " sahutku sambil mengangguk kearah wanita anggun itu.
Aku melihat Pak Arnold mencium kening wanita itu, dugghhhh petir seakan menyambarku pagi ini, lemah lunglai jiwaku, namun Aku harus kuat melihatnya, toh belum ada perjanjian diantara kami berdua, walau kami sering bersama belum terucap kata cinta, Aku harus kuat dan bisa menerima kemungkinan terburuk. Sejak saat itu, Aku tak pernah melihatnya lagi, kata Mutia temanku satu divisi, kalau Pak Arnold pindah ke kantor cabang, Aku memang kehilangan sekali, asmara yang mulai tumbuhpun seakan layu tak berdaya, semangat kerjapun seakan hilang, namun Aku masih sadar Aku masih memiliki masa depan, masa depan ada di tanganku, lupakan Pak Arnold atau Aku akan terluka.
                                ***
Pada waktu jam makan siang, Aku minta ijin untuk pulang lebih awal dengan alasan ada kepentingan yang tidak bisa aku tunda, laju sepeda motorku Aku arahkan kejalan yang menuju kantor cabang, tempat dimana pak Arnold di pindah tugaskan, dengan membawa rindu sekaligus rasa penasaran yang membuatku menemuinya, tanpa kabar, Aku ingin membuat kejutan padanya, tak berapa lama sampailah di ke tempat yang ku tuju, Aku lihat mobil Pak Arnold terparkir di sudut halaman, Aku mengenalnya karena sudah ke sekian kalinya Aku duduk didalamnya.
Langkahku mantap menuju lobi, Aku pandangi satu persatu baik yang duduk maupun yang lalu lalang, Aku duduk di pojok sambil Aku buka ponsel dan mencari nomor kontak dia, Aku mulai galau, di telpon apa enggak usah, telpon enggak?, telpon enggak?....sambil menghitung pakai jemari tanganku.
Aah... Aku lihat bayangan sesosok tubuh yang Aku kenal betul, seseorang yang  pernah dekat denganku, namun Aku terhenyak di tempat dudukku, dia yang selama ini menemaniku, berangan menjalin cinta dengan setia, merangkai kisah masa depan dengan janji manisnya, namun kini Aku melihat sosok gagah  dan tegap itu menggandeng seorang wanita yang anggun dan keibuan yang sedang mengandung, pikiranku langsung bertanya-tanya, siapakah dia? Dengan memberanikan diri Aku dekati dia, dan menyapanya dengan ramah seolah tak mengenalnya, Aku pura-pura menyenggol wanita itu dengan sedikit memalingkan mata.
"Maaf Ibu, Ibu tidak apa-apa? tanyaku sambil Aku melirik pria di sebelahnya. Dan Aku melihat dia terkejut, dan wajah putih itu berwarna merah bagai kepiting rebus, dia pun bergegas menghindar entah kemana.
"Tidak mbak, lain kali hati-hati ya" jawabnya dengan suara lembut.