Dengan berjalannya waktu, aku kini menduduki jabatan yang bagus, aku semakin sibuk, aku baru bisa menghubungi Ayah, Ibu, dan Adikku sepekan sekali, terkadang tidak sama sekali.
Liburan hari raya, aku berjanji akan pulang, dan kepulangan ini memberikanku pelajaran dan makna dari cinta dan kasih sayang yang sebenarnya.
***
Senja itu, kami berjanji akan bertemu di sebuah kafe di pusat kota, menurutnya kafe itu kafe terbaru dan sangat romantis sekali, kami mendapatkan ijin untuk bertemu sebentar,
Banyak yang kami bicarakan, mungkin karena kerinduan yang terpendam, terjadilah pertengkaran kecil yang membuat kami berselisih, dia menangis dan aku pun menjadi marah, yang membuat dia menjadi sedih dan berlari keluar dan braak....aku mendengar suara jerit tangis, dan aku pun berlari ke arah suara itu....
Tuhan, Dia terkapar dan berlumuran darah, aku gendong dan kularikan ke rumah sakit, aku peluk Dia dan ku ucapkan beribu maaf, dia koma selama hampir satu bulan.
Tuhan maafkan aku yang sudah membuat hatinya hancur, berilah aku kesempatan untuk membahagiakannya, bangunkan Dia dan aku berjanji akan menemaninya sampai maut memisahkan kami.
Sebulan aku menunggumu, menunggu dengan perasaan bersalah, aku ingin pertama kali kau lihat adalah Aku, ketika kau siuman, dan doaku terkabul, terima kasih Tuhan atas semua karunia ini, aku berjanji tak akan menyia-nyiakan Dia lagi.
Kau bangun dari mimpi panjangmu, ah senyum yang manis itu yang selalu menghias bibirmu, pandangan mata yang penuh kehangatan.
Maafkan aku (sambil Aku genggam erat tangannya), Alhamdulillah Ya Allah atas karunia terbesar ini, tak akan aku sia-siakan kesempatan terindah ini. Dan Aku tak ingin kehilangan untuk yang kedua kalinya, Aku ingin Kau yang akan menemaniku dengan siraman cintamu di sepanjang hidupku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H