Aku semakin jarang menghubunginya, sering kali dia menghubungiku melalui whastapp, dan aku baru bisa membalasnya setelah pekerjaanku kelar, bahkan sampai besok aku baru bisa membalasnya, aku melakukan ini, karena aku sangat mencintainya.
Aku akan mengumpulkan pundi-pundi uang untuk melamarnya, itu  alasanku mengapa aku jarang menghubunginya, sudah aku sampaikan padanya, dan aku minta dia mengerti dengan keadaanku saat ini, bagiku karierku demi masa depan kita juga.
***
Akhir tahun ini, aku berencana pulang, karena kerinduanku pada ayah, ibu, adik dan pastinya dia, aku ambil cuti, dengan harapan aku bisa mengambil libur lebih lama.
Aku mengira, mencintai seseorang adalah dengan memperlihatkan kesungguhanku dalam mencari uang, materi yang bisa membahagiakan pasangan, dan ketika aku pulang pun aku masih membawa pekerjaan, sampai ayah dan ibu menegurku..
"Mas, kalau cuti, ya cuti saja, tidak usah bawa pekerjaan ..." sahut Ibu
"Ya mas, nikmati saja liburan ini!" ujar Ayah melanjutkan pembicaraan ibu.
"Ya Mas, kita, main yuk ..." celetuk Arini (adikku yang ikut di obrolan sore itu).
"Masih banyak pekerjaan, Yah " jawabku
"Pekerjaan tidak akan ada habisnya..." jawab Ayah sambil meletakkan surat kabar ke meja.
"Tanggung Ayah, sedikit lagi " jawabku tak menoleh ke siapa pun.